Sumber foto: Google

Biaya Hidup Kota Makin Tinggi, Gelombang Urban Exodus Tak Terbendung?

Tanggal: 13 Mei 2025 21:42 wib.
Tampang.com | Harga sewa melonjak, biaya transportasi membengkak, dan kualitas hidup yang terus menurun—itulah realitas banyak warga perkotaan besar di Indonesia. Fenomena urban exodus atau gelombang perpindahan warga dari kota ke daerah mulai terlihat nyata dalam beberapa tahun terakhir.

Kota Tidak Lagi Ramah bagi Kelas Menengah dan Bawah
Jakarta, Surabaya, dan kota besar lainnya kini dinilai semakin tidak inklusif. Kenaikan harga hunian dan kebutuhan pokok membuat banyak warga tak lagi sanggup bertahan, apalagi mereka yang bekerja di sektor informal.

“Dulu kerja di kota itu mimpi. Sekarang, banyak orang justru memilih pulang kampung karena hidup jadi makin susah,” ungkap Dedi Supriyadi, mantan pekerja ritel yang kini kembali ke kampung halamannya di Jawa Tengah.

Urban Exodus: Sekadar Pilihan atau Tuntutan?
Banyak yang berpikir kembali ke desa adalah gaya hidup. Namun data menunjukkan tren ini dipicu oleh keterdesakan ekonomi. Fenomena ini disebut urban exodus—bukan karena pilihan bebas, tetapi karena keterpaksaan.

“Yang terjadi sekarang bukan hanya relokasi kerja, tapi migrasi karena tekanan biaya hidup yang luar biasa,” kata Dr. Nurhayati, peneliti sosial urban dari LIPI.

Krisis Perumahan dan Infrastruktur Jadi Pemicu
Ketersediaan hunian layak dan terjangkau makin langka di perkotaan. Program rumah subsidi dinilai tidak tepat sasaran, sementara fasilitas publik tak sebanding dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

“Di kota, kamu bisa punya pekerjaan tapi tidak punya tempat tinggal layak. Di desa, mungkin pendapatan lebih kecil, tapi setidaknya bisa hidup manusiawi,” tambah Nurhayati.

Pemerintah Harus Siapkan Strategi Pemerataan dan Revitalisasi Daerah
Urban exodus harus dijadikan momentum memperkuat desa dan kota kecil. Pemerintah perlu mendorong investasi di luar kota besar, memperluas akses pendidikan, kesehatan, serta mempercepat digitalisasi desa agar warga tidak merasa ‘tertinggal’ bila memutuskan meninggalkan kota.

“Kalau urbanisasi tak lagi jadi daya tarik, maka pemerataan pembangunan jadi keharusan, bukan wacana,” tegas Nurhayati.

Kota yang Gagal Mengurus Warga akan Ditinggalkan
Urban exodus bukan ancaman, tapi tanda. Jika kota tak mampu memberi ruang hidup yang layak, maka masyarakat akan mencari alternatif. Pertanyaannya, apakah Indonesia siap menata ulang peta penduduknya?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved