BI Andalkan Instrumen SRBI dan SVBI untuk Jaga Stabilitas Rupiah
Tanggal: 18 Jul 2024 08:38 wib.
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan nilai tukar rupiah akan tetap stabil dalam kecenderungan menguat. Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan bahwa kondisi tersebut sejalan dengan menariknya imbal hasil, rendahnya inflasi, dan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. BI berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah guna mendorong aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia.
Selain itu, BI juga akan mengoptimalkan berbagai instrumen moneter pro-market, seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan suku valuta asing Bank Indonesia (SUVBI). Perry menyampaikan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk mempercepat upaya pendalaman pasar uang dan mendukung aliran masuk modal asing ke dalam negeri.
Hingga 15 Juli 2024, posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat Rp 775,45 triliun, US$ 1,82 miliar, dan US$ 267 juta. Hal ini menunjukkan bahwa penerbitan SRBI telah mendukung aliran masuk portofolio asing ke dalam negeri, terlihat dari kepemilikan nonresiden yang mencapai Rp 220,35 triliun atau 28,42% dari total outstanding.
Perry juga menjelaskan mengenai implementasi Primary Dealer (PD) sejak Mei 2024 yang memperkuat efektivitas SRBI sebagai instrumen moneter dalam mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi. Koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha terus diperkuat untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valas devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023.
Perry menambahkan bahwa saat ini nilai tukar rupiah menguat dipengaruhi oleh bauran kebijakan moneter yang ditempuh BI dalam memitigasi dampak rambatan global. Hingga 16 Juli 2024, nilai tukar rupiah menguat sebesar 1,21% dibandingkan posisi akhir Juni. Hal ini dipengaruhi oleh komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat.
Selain itu, Perry juga membandingkan nilai tukar rupiah yang tercatat melemah sebesar 4,84% secara year to date dari level akhir Desember 2023 dengan pelemahan mata uang negara-negara tetangga seperti Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea. Data ini menjadi indikasi yang menunjukkan kekuatan fundamental ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak global.
Ke depannya, BI terus berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan berusaha mendorong aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia dengan optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. Hal ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dengan memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia dan meningkatkan kepercayaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan demikian, upaya ini dapat berkontribusi dalam memperkuat perekonomian Indonesia di tengah gejolak global yang belum mereda.