Besi dan Baja: Penopang Surplus Neraca Dagang RI
Tanggal: 21 Jun 2024 10:57 wib.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang pada bulan Mei 2024 sebesar US$2,93 miliar atau 49 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M Habibullah mengungkapkan bahwa surplus ini didukung oleh komoditas non migas yang tercatat sebesar US$4,26 miliar. Salah satu komoditas penyumbang utama adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan, serta besi baja.
Menurut Habibullah, surplus pada bulan Mei ini bahkan lebih tinggi dari bulan April 2024 yang tercatat US$2,72 miliar, serta dari Mei 2023 yang hanya sebesar US$430 juta. Meskipun demikian, di tengah surplus ini, ekspor komoditas utama unggulan Indonesia seperti batu bara dan Crude Palm Oil (CPO) justru mengalami penurunan pada bulan Mei jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Data BPS menunjukkan bahwa ekspor batu bara tercatat senilai US$2,50 miliar, mengalami penurunan sebesar 16,85 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, terjadi penurunan sebesar 4,04 persen. Sementara itu, ekspor CPO juga mengalami penurunan menjadi US$1,08 miliar, turun 22,19 persen dibandingkan bulan sebelumnya, dan 27,11 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, dari tiga komoditas unggulan ekspor Indonesia, hanya ekspor besi dan baja yang mengalami peningkatan. Ekspor besi dan baja tercatat sebesar US$2,20 miliar, meningkat 1,22 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan 8,30 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Habibullah, peningkatan ekspor besi baja ini menjadi salah satu faktor penopang surplus neraca dagang Indonesia. Kenaikan ekspor besi baja tersebut dapat diartikan sebagai indikator positif bagi kinerja industri manufaktur di Tanah Air. Selain itu, peningkatan ekspor ini juga menunjukkan bahwa permintaan global terhadap besi baja dari Indonesia terus meningkat, yang pada akhirnya dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Di sisi lain, penurunan ekspor batu bara dan CPO tentu menjadi perhatian tersendiri. Baik batu bara maupun CPO merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia yang memiliki kontribusi besar terhadap penerimaan devisa negara. Penurunan ekspor kedua komoditas tersebut perlu diwaspadai dan diidentifikasi penyebabnya, serta langkah-langkah strategis yang perlu diambil untuk mengatasi penurunan tersebut.
Pemerintah perlu terus memperkuat kebijakan-kebijakan strategis dalam mendukung peningkatan ekspor komoditas unggulan, serta menjaga kinerja surplus neraca dagang Indonesia. Di samping itu, diperlukan juga langkah-langkah konkret untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur terutama dalam hal produksi dan ekspor besi dan baja sebagai salah satu komoditas yang mendukung surplus neraca dagang Indonesia. Keterlibatan pemerintah, pelaku industri, serta pemangku kepentingan terkait lainnya diperlukan untuk menciptakan kondisi yang mendukung pertumbuhan ekspor komoditas unggulan Indonesia. Dengan demikian, surplus neraca dagang Indonesia dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan di masa mendatang.