Berpotensi Menyebabkan "Punahnya" Media Massa, Dua Raksasa Media Sosial ini Ditentang!

Tanggal: 23 Jul 2017 19:37 wib.
Dominasi dua raksasa media sosial, Facebook dan Google tampaknya mulai mendapat respon sangat serius. Kali ini, tanggapan keras datang dari Aliansi Media Massa Dunia (News Media Alliance/NMA) yang mengkoordinir sekitar 2000 perusahaan media massa di AS dan Kanada. NMA meminta izin kepada kongres AS agar mereka memiliki kewenangan untuk mampu bernegosiasi dengan Google dan Facebook.

Hal ini dikarenakan dominasi yang terlalu berlebihan dari kedua raksasa media sosial tersebut terhadap iklan, terutama di AS. Google dan Facebook meraup hingga 62% pasar iklan digital di AS. Menurut Pew Research Center, Google dan Facebook memperoleh iklan lebih dari 70% dari total iklan yang tayang di AS senilai USD73 miliar. Bandingkan dengan pendapatan tahunan media massa di AS yang turun menjadi USD18 miliar dari USD50 miliar.

Hal ini dikhawatirkan akan mampu menyebabkan punahnyanya media massa yang menimbulkan dampak buruk terhadap eksistensi media massa tersebut. NMA juga bersikeras, bahwa Google dan Facebook memiliki ruang kebebasan yang terlalu luas sehingga masyarakat kesulitan untuk membedakan mana berita palsu (hoax) dan mana berita yang benar. Akibat dari monopoli media massa ini, NMA terpaksa mengikuti aturan yang ditetapkan oleh Google dan Facebook karena mereka tidak memiliki banyak pilihan dalam menjalankan bisnisnya.

“Aturan itu telah mengomoditisasi berita sehingga berita palsu meningkat pesat yang pada akhirnya sulit di bedakan dengan berita tidak palsu,” ungkap News Media Alliance, dalam keterangan pers seperti dikutip The Guardian.

Presiden dan Ketua Eksekutif NMA, David Chavern menulis opini di Wall Street Journal, bahwa Google dan Facebook meraih keuntungan sangat besar dari kerja keras, kerja cerdas, ketelitian, dan pengorbanan para jurnalis.

Google dan Facebook, menurut Chavern, tidak merekrut jurnalis untuk menggali sebuah isu yang sulit didapat, tidak mengirimkan koresponden menuju zona perang, dan tidak menghadiri laga final. Mereka mengambil langkah yang ekonomis dengan memanfaatkan hasil karya para jurnalis media massa yang nyaris gulung tikar. NMA memerlukan dispensasi dari Kongres agar bisa melakukan negosiasi secara kolektif.

Pemerintah AS, kata Chavern, belum maksimal dalam mengatur kompetisi yang sehat di internet. Saat ini pengguna aktif bulanan Facebook di seluruh dunia mencapai 2 miliar dengan iklan melimpah. Jejaring sosial milik Mark Zuckerberg itu juga sukses membeli dua pesaing utamanya, Instagram dan WhatsApp.

Namun, harapan dari NMA agar mampu bernegosiasi dengan Google dan Facebook nampaknya akan sulit untuk diwujudkan. Sejauh ini, kedua media massa raksasa tersebut tidak memberikan komentar apapun. Meskipun sebelumnya pihak Google pernah menyampaikan bahwa, “Kami tetap berkomitmen membantu media massa dalam mengatasi tantangan dan membuka peluang bisnis,” ungkap Google.

Perlu diketahui, Google merupakan mesin pencari yang paling banyak digunakan di dunia dengan persentase sekitar 80%. Hal ini jelas menguntungkan bagi Google dalam memasang iklan, apalagi Google telah mengakuisisi perusahaan penyedia iklan seperti Doubleclick, AdMob, dan AdMeld.

Google dilaporkan meraih pendapatan hingga USD649miliar, sedangkan Facebook USD434 miliar. Kelompok media terbesar AS, News Corp, hanya meraup USD7,55 miliar dan New York Times USD2,78miliar.

Kepala Kemitraan Media Massa Facebook, Campbell Brown, mengaku berkomitmen membantu hasil jurnalisme yang berkualitas agar berkembang di Facebook meski rumusannya masih dalam tahap pembahasan. Sebagai contoh, Facebook akan memprioritaskan pemberitaan dari media massa lokal untuk penggunanya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved