Beras Masih Mahal di Mana-mana, Pengawasan Distribusi Lemah? Masyarakat Menjerit!
Tanggal: 14 Mei 2025 20:15 wib.
Tampang.com | Sudah lewat masa panen raya, namun harga beras di pasar-pasar tradisional masih melambung. Kondisi ini memicu keluhan dari masyarakat, khususnya kelompok menengah ke bawah, yang harus mengurangi konsumsi atau mencari alternatif lain karena harga terus naik.
Harga Belum Stabil Meski Panen Berlimpah
Di Jakarta, harga beras medium masih bertahan di angka Rp13.000 hingga Rp14.000 per kilogram. Padahal, panen raya yang berlangsung sejak Maret semestinya menjadi momentum stabilisasi harga.
“Kami bingung, panen katanya sukses, tapi harga beras nggak turun-turun. Ada apa ini?” tanya Wati, ibu rumah tangga di Depok.
Distribusi Tak Merata dan Lemahnya Pengawasan
Pengamat pertanian menyoroti lemahnya pengawasan pemerintah terhadap distribusi beras dari produsen ke pasar. Banyak beras dari sentra produksi tidak langsung masuk pasar, tapi diserap tengkulak dan ditahan hingga harga naik.
“Selama distribusi dikuasai pihak swasta tanpa kendali negara, harga tidak akan bisa distabilkan,” kata Irwan Hidayat, analis kebijakan pangan dari INAGRIS.
Operasi Pasar Dinilai Tidak Efektif
Pemerintah memang telah menggencarkan operasi pasar melalui Bulog, tapi jumlahnya dinilai terlalu kecil dibanding kebutuhan. Selain itu, lokasi distribusi tidak merata dan tidak semua warga mendapat akses terhadap harga murah.
“Yang dikasih beras murah cuma sebagian kecil warga. Di pasar umum, harganya tetap mahal,” ujar Wati.
Solusi: Perkuat Rantai Logistik dan Data Pasokan
Kebutuhan akan sistem logistik pangan yang transparan dan terkoneksi dari hulu ke hilir makin mendesak. Pemerintah perlu membenahi data produksi dan pergerakan stok agar bisa merespons lonjakan harga secara cepat dan adil.