BBM Naik Tanpa Pemberitahuan, Dompet Rakyat Kian Menipis!
Tanggal: 13 Mei 2025 22:51 wib.
Tampang.com | Harga bahan bakar minyak (BBM) jenis non-subsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, dan Dexlite kembali naik per 1 Mei 2025. Namun tidak seperti biasanya, kali ini kenaikan dilakukan tanpa pengumuman resmi pemerintah. Masyarakat baru menyadari saat mengisi bahan bakar dan melihat tarif berubah.
Di sejumlah SPBU di Jabodetabek, harga Pertamax kini mencapai Rp14.800 per liter, naik sekitar Rp500 dari bulan sebelumnya. Kondisi serupa terjadi di berbagai daerah lain, menimbulkan pertanyaan publik soal transparansi pemerintah dan badan usaha energi.
“Lho, kok tiba-tiba naik? Tidak ada kabar di media. Ini menyulitkan, apalagi buat kami yang kerja harian,” keluh Yanto, pengemudi ojek daring di Depok.
Kebijakan Tak Transparan, Publik Geram
Kenaikan harga BBM non-subsidi memang mengikuti mekanisme pasar internasional. Namun masyarakat menganggap wajar bila tetap ada pemberitahuan resmi agar publik bisa bersiap.
“Pemerintah seharusnya tetap memberi informasi terbuka. Apalagi ini menyangkut kebutuhan dasar dan berdampak pada banyak sektor,” ujar Eni Suharti, pengamat energi dari Universitas Trisakti.
Kenaikan BBM = Kenaikan Harga Barang
Seperti efek domino, kenaikan BBM langsung memicu kenaikan ongkos distribusi dan harga barang. Pelaku usaha logistik kecil, UMKM, hingga petani merasakan dampaknya. Ironisnya, subsidi BBM tidak ditambah untuk sektor yang paling terdampak.
“Jika harga BBM naik tanpa kontrol dan subsidi tak diperluas, itu sama saja mendorong inflasi ke bawah,” tegas Eni.
Perlunya Evaluasi Kebijakan Energi
Sejumlah pihak mendesak pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan energi, terutama menyangkut transparansi pengumuman dan efektivitas subsidi. Jangan sampai masyarakat terus menanggung beban tanpa solusi jangka panjang.
Langkah yang disarankan antara lain:
Penguatan transparansi informasi setiap perubahan harga energi.
Evaluasi ulang skema subsidi agar menjangkau pengguna rentan seperti petani, nelayan, dan sopir.
Percepatan transisi energi yang terjangkau dan adil.
Jika tidak diatasi segera, krisis kepercayaan terhadap kebijakan energi bisa tumbuh — dan ini jauh lebih berbahaya dari sekadar inflasi harga.