BBM Naik Demi Stabilitas, Stabil Buat Siapa Sebenarnya?
Tanggal: 13 Apr 2025 16:17 wib.
Tampang.com | Pemerintah kembali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi mulai pekan ini. Alasannya klasik: demi stabilitas fiskal dan menjaga ketahanan energi nasional. Tapi pertanyaannya, stabil buat siapa? Sebab, banyak rakyat kecil justru merasa makin tidak stabil hidupnya.
Kenaikan BBM: Fakta yang Terjadi
Kenaikan ini mencakup:
Pertalite naik jadi Rp12.500/liter
Solar subsidi tembus Rp9.200/liter
BBM nonsubsidi juga ikut menyesuaikan
Pemerintah menyebutkan bahwa langkah ini "tak bisa dihindari" mengingat beban subsidi yang terus membengkak serta fluktuasi harga minyak dunia. Namun, warga di lapangan mulai merasa beban hidup makin tak tertahankan.
Reaksi Warga: “Stabil? Kami yang Guncang!”
Di pasar tradisional, harga bahan pokok sudah mulai ikut merangkak naik, padahal baru dua hari sejak pengumuman.
“Setiap BBM naik, cabai dan beras pasti nyusul. Tapi gaji kita nggak naik-naik,” keluh Bu Nani, pedagang sayur di Tangerang.
Ojek online pun ikut bersuara. Mereka mengaku harus mengurangi jam kerja karena pendapatan tak sebanding dengan biaya operasional.
“Tarif ojol belum naik, tapi bensin udah. Jadi rugi jalan,” ujar Riko, driver ojol harian.
Stabilitas Ekonomi Versi Pemerintah
Menurut pernyataan resmi, tujuan utama kenaikan BBM adalah:
Mengurangi beban subsidi agar APBN lebih sehat
Menyesuaikan dengan harga minyak global
Mendorong masyarakat beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan
Namun para analis menilai, narasi ini terlalu elitis dan tak menjawab kondisi riil masyarakat. Apalagi saat ini belum ada transisi energi yang merata dan terjangkau.
Stabilitas untuk Siapa?
Inilah pertanyaan yang banyak dilontarkan masyarakat.
"Stabilitas fiskal" yang dimaksud pemerintah memang penting secara makro, tapi stabilitas dapur rumah tangga tak kalah gentingnya.
Apalagi jika melihat data kemiskinan dan daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah yang terus tertekan.
Perlu Solusi Lebih dari Sekadar Kenaikan
Kebijakan subsidi energi memang perlu dievaluasi, tapi bukan hanya dengan menaikkan harga. Harus ada:
Transparansi dalam penentuan harga BBM
Jaring pengaman untuk masyarakat rentan
Subsidi silang atau voucher energi untuk warga miskin
Investasi nyata pada transportasi publik dan energi alternatif
Rakyat Butuh Kepastian, Bukan Sekadar Janji
Yang dibutuhkan publik bukan hanya penjelasan teknis, tapi kebijakan yang berpihak dan adil. Jika stabilitas hanya bisa dirasakan di angka statistik, sementara rakyat makin kesulitan, maka stabilitas itu semu.