Bank Dunia: Tekanan Ekonomi Saat ini Lebih Ngeri dari Era Covid-19
Tanggal: 28 Jun 2025 09:42 wib.
Bank Dunia baru-baru ini menyoroti tantangan besar yang dihadapi perekonomian global saat ini, yang menurut mereka jauh lebih serius dibandingkan periode COVID-19. Habib, seorang ekonom terkemuka, dengan tegas menyatakan bahwa situasi yang ada kini lebih rumit. “Jadi seperti kita tidak memiliki informasi apapun. Kita bahkan tidak tahu cuacanya akan seperti apa. Hal ini membuat pengambilan kebijakan, keputusan investasi, dan keputusan konsumsi menjadi lebih sulit,” ungkap Habib.
Permasalahan ekonomi yang terjadi saat ini dibandingkan dengan periode COVID-19 ialah seperti melihat perkiraan cuaca. Selama pandemi, banyak negara menghadapi ketidakpastian; namun, saat ini ketidakpastian tersebut telah mencapai tingkat yang berbeda. Sementara yang terjadi saat ini seperti prakiraan cuaca tidak mengetahui kondisi cuaca yang akan terjadi karena cuacanya itu sendiri bergerak tanpa pola yang teratur dan terukur.
Dalam konteks tersebut, Habib menekankan bahwa masyarakat dan pelaku pasar kesulitan untuk memprediksi arah ekonomi. Data yang ada seringkali tidak mencerminkan realitas yang terjadi, dan perubahan cepat dalam kondisi pasar membuat semuanya semakin tidak terduga. “Kondisi ini berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi global, di mana sektor-sektor penting seperti perdagangan, investasi, dan daya beli masyarakat akan terpengaruh,” tambahnya.
Dari perspektif pasar finansial, ketidakpastian ini berpotensi menimbulkan dampak yang masif. Habib mencatat bahwa pasar keuangan sangat sensitif terhadap faktor sentimen. Fluktuasi harga saham, obligasi, dan komoditas bisa terjadi tanpa adanya perubahan fundamental di lapangan. Hal ini mengakibatkan investor menjadi lebih berhati-hati, cenderung menunda keputusan investasi yang krusial.
Lebih lanjut, situasi ini juga berpotensi memperburuk ketidaksetaraan yang sudah ada. Dengan tingkat pengangguran yang masih tinggi dan inflasi yang terus meroket, banyak individu dan keluarga berjuang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dampak dari masalah ini tidak hanya dirasakan di negara-negara maju, tetapi juga mencakup negara-negara berkembang yang mungkin belum sepenuhnya pulih dari krisis kesehatan sebelumnya.
Memperhatikan ketidakpastian yang melingkupi ekonomi, banyak perusahaan mengalami kesulitan dalam merencanakan strategi jangka panjang. Investasi yang sebelumnya dianggap aman kini menjadi tanda tanya besar. Pemulihan pasca-pandemi yang belum sepenuhnya terlihat ini menciptakan lingkungan yang penuh dengan ketidakstabilan.
Bahkan, sejumlah analis khawatir bahwa lonjakan harga barang dan jasa dapat mendorong terjadinya inflasi yang berkepanjangan. Ini dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan menyebabkan konsumen menjadi lebih memilih untuk mengurangi pengeluaran. Dengan pasar yang berfluktuasi tajam, kepercayaan masyarakat terhadap perekonomian juga semakin menipis.
Habib pun memperingatkan bahwa negara-negara perlu berhati-hati dalam merumuskan kebijakan moneter dan fiskal. Ketidakpastian yang mengelilingi perekonomian global saat ini juga mempengaruhi keputusan bank sentral dalam menentukan suku bunga. Pengambilan keputusan yang tidak tepat dapat menambah tekanan pada ekonomi yang sudah berjuang.
Dengan latar belakang ini, tantangan yang dihadapi oleh negara-negara di seluruh dunia menjadi semakin nyata. Para pengambil keputusan diharapkan dapat melihat gambaran yang lebih besar dari permasalahan yang ada dan tidak hanya berfokus pada solusi jangka pendek yang mungkin berpotensi memperburuk situasi. Kondisi ini memerlukan kerangka kebijakan inovatif yang mampu menghadapi ketidakpastian yang ada, agar perekonomian dapat kembali pulih dengan cepat dan efektif, meskipun tantangan yang ada jauh lebih kompleks daripada era COVID-19.