Sumber foto: Unsplash

Bank di Indonesia Ramai-Ramai Tutup Ribuan ATM, Ini Alasannya

Tanggal: 17 Jun 2024 20:29 wib.
Fenomena 'kiamat ATM' mulai terjadi di Indonesia. Jumlah ATM di lima bank terbesar di Indonesia mayoritas terus berkurang. Laporan Surveillance Perbankan Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mencatat jaringan kantor bank umum konvensional (BUK) di seluruh Indonesia tersisa 115.539 per triwulan IV-2023 atau berkurang 4.676 unit.

Jaringan kantor terbanyak masih didominasi oleh terminal perbankan elektronik (ATM/CDM/CRM) sebanyak 91.412 unit. Jumlah itu menyusut 1.417 unit dari setahun sebelumnya 92.829 unit dari tiga bulan sebelumnya.

Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo mengatakan, penyebab turunnya jumlah jaringan kantor bank, terutama ATM, telah terjadi di negara lain. Menurutnya, turunnya jumlah ATM di Indonesia disebabkan oleh pergeseran transaksi ke layanan digital (mobile banking dan aplikasi) yang lebih mudah digunakan dan diakses dari berbagai tempat.

Selain itu, biaya investasi dan perawatan mesin ATM relatif tinggi. Dari sudut pandang nasabah, banyak yang mulai beralih ke mobile banking dan aplikasi untuk transaksi keuangan mereka.

Arianto menyatakan bahwa penurunan jumlah mesin ATM di Indonesia merupakan fenomena kompleks dengan berbagai faktor yang mendasarinya. Meskipun demikian, ATM masih tetap menjadi layanan penting bagi banyak nasabah, terutama di daerah yang belum memiliki akses internet memadai.

Menurut Arianto, bank perlu terus berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan nasabah, dengan tetap menyediakan layanan ATM yang aman, mudah diakses, dan memenuhi kebutuhan nasabah di era digital ini. Ia berpendapat bahwa akan ditemukan kesetimbangan baru atas penggunaan layanan digital penuh, ATM, dan gerai cabang fisik di masa mendatang.

Berikut pergerakan jumlah ATM dari 5 bank dengan aset terbesar di Indonesia sebagaimana dikutip dari laporan tahunan 2023:

1. Bank Mandiri

Bank Mandiri mencatat penurunan jumlah ATM yang konsisten dalam lima tahun terakhir. Jumlah ATM Bank Mandiri berkurang dari 13.027 unit pada tahun 2022 menjadi 12.906 unit pada tahun 2023.

Tren penurunan ini terus terjadi sejak 2019 yang tercatat sebesar 18.291 unit, lalu menjadi 13.217 unit pada tahun 2020, dan 13.087 unit pada 2021. Sepanjang 2023, Bank Mandiri masih mengoperasikan 139 kantor cabang utama, 2.104 cabang pembantu, dan 7 kantor luar negeri.

2. Bank Rakyat Indonesia (BRI)

BRI juga mengalami penurunan signifikan dalam jumlah ATM. Pada tahun 2022, BRI memiliki 13.863 unit ATM, namun jumlah ini menurun menjadi 12.263 unit pada tahun 2023.

Penurunan ini terjadi setiap tahun, yaitu, dari 19.184 unit pada 2019, menjadi 16.880 unit pada tahun 2020, dan 14.463 unit pada tahun 2021. Selain itu, jaringan kantor BRI juga berkurang dari 8.218 pada tahun 2022 menjadi 7.764 pada tahun 2023.

3. Bank Negara Indonesia (BNI)

BNI juga mengalami penurunan dalam jumlah ATM dan transaksi ATM. Pada tahun 2023, BNI mengoperasikan 13.390 unit ATM, 1.781 outlet, dan 185.697 agen branchless banking di Indonesia.

Transaksi ATM di BNI juga menurun secara year on year (yoy). Transaksi di ATM BNI mencapai 1,19 miliar kali pada tahun 2023, turun 13,4% dari 1,37 miliar kali pada tahun 2022.

4. Bank Tabungan Negara (BTN)

Jumlah layanan ATM dan CRM BTN tercatat sekitar 2.117 unit yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun dari jaringan kantor konvensionalnya, BTN mencatatkan pengurangan dari 739 pada tahun 2021 menjadi 528 pada tahun 2022. Meski demikian, jumlah ini kembali meningkat menjadi 631 di tahun 2023.

5. Bank Central Asia (BCA)

BCA menjadi pengecualian dalam tren penurunan ATM di antara bank besar lainnya. Jumlah ATM BCA justru meningkat dari 30.552 unit pada tahun 2022 menjadi 33.822 unit pada tahun 2023.

Angka ini meningkat setiap tahun, yakni 20.069 unit pada 2019, 22.533 unit pada tahun 2020, 24.577 unit pada tahun 2021, dan 30.552 unit pada tahun 2022. Selain itu, BCA mengoperasikan 1.258 cabang dan ratusan ribu EDC (Electronic Data Capture).

Data ini menunjukkan tren penurunan jumlah ATM di lima bank terbesar di Indonesia, kecuali BCA yang berhasil meningkatkan jumlah ATM-nya. Hal ini mencerminkan pergeseran perilaku nasabah menuju layanan digital, seperti yang telah disebutkan oleh Arianto sebelumnya.

Fenomena "kiamat ATM" menjadi sebuah tantangan bagi bank-bank di Indonesia untuk terus berinovasi dalam menyediakan layanan perbankan yang sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan nasabah. Perubahan ini juga mengindikasikan bahwa kebiasaan transaksi keuangan masyarakat semakin berubah, dan bank-bank diharapkan dapat mengantisipasi perubahan tersebut dengan tepat dan cepat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved