Sumber foto: Google

Bahlil Sebut Devisa Keluar Rp 450 Triliun Tiap Tahun Buat Impor Minyak dan Gas

Tanggal: 16 Sep 2024 07:53 wib.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia baru-baru ini menyatakan bahwa Indonesia mengeluarkan dana sebesar Rp 450 triliun setiap tahunnya untuk impor minyak dan gas. Angka yang fantastis ini mengindikasikan seberapa besar ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi luar negeri, dan tentu saja berdampak signifikan terhadap devisa negara.

Bahlil Lahadalia menyoroti kenyataan bahwa Indonesia sebagai produsen minyak dan gas, harus mengimpor bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga menyebabkan arus devisa yang cukup besar mengalir keluar setiap tahunnya. Menurutnya, hal ini menjadi sebuah momok yang harus segera diatasi melalui strategi energi nasional yang lebih mandiri.

“Devisa kita setiap tahun keluar kurang lebih Rp 450 triliun untuk membeli minyak dan gas, khususnya LPG,” ujar Bahlil dalam acara Leaders Forum di Jakarta, Rabu (11/9/2024).

Di sisi lain, produksi migas dalam negeri juga menurun dibandingkan dahulu. Lifting migas RI pada tahun 1970-an mencapai 1,6 juta barrel per hari (bph), namun saat ini hanya berkisar 600.000 bph.

Impor minyak dan gas menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan defisit neraca perdagangan dalam negeri. Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap sumber energi luar negeri dengan mengoptimalkan sumber daya energi dalam negeri. Adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan diversifikasi sumber energi menjadi langkah penting dalam mengurangi defisit perdagangan yang disebabkan oleh impor minyak dan gas ini.

Selain itu, Bahlil Lahadalia juga menyoroti potensi terkait energi baru dan terbarukan (EBT) yang dapat dimaksimalkan guna memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam hal sumber daya energi terbarukan seperti matahari, angin, dan panas bumi. Pemanfaatan sumber energi terbarukan menjadi salah satu kesempatan besar untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak dan gas, serta mengurangi arus devisa yang keluar setiap tahunnya.

Upaya pemerintah dalam mengembangkan industri hilir migas juga menjadi salah satu langkah untuk mengurangi impor minyak dan gas. Dengan memperkuat industri hilir migas, diharapkan dapat mengurangi tingkat ketergantungan terhadap impor serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar bagi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.

Di sisi lain, meskipun Indonesia merupakan negara dengan produsen minyak dan gas terbesar di Asia Tenggara, pengelolaan sumber daya alam yang belum optimal juga menjadi salah satu penyebab ketergantungan terhadap impor minyak dan gas. Penyusutan cadangan minyak dan gas di Indonesia juga menjadi isu yang perlu segera diatasi demi menciptakan ketahanan energi yang lebih baik.

Dalam rangka mengatasi masalah ini, Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kerja sama dan investasi dalam sektor energi dan sumber daya mineral. Dengan memperkuat kerja sama dengan berbagai negara dan perusahaan energi dunia, diharapkan dapat membawa manfaat yang lebih besar bagi pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya energi Indonesia.

Secara keseluruhan, pernyataan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengenai besarnya devisa negara yang keluar setiap tahunnya untuk impor minyak dan gas menjadi sebuah tantangan serius bagi pemerintah dalam menciptakan ketahanan energi yang lebih baik. Diperlukan langkah-langkah strategis dan terencana untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor minyak dan gas, serta meningkatkan efisiensi dan pemanfaatan sumber daya energi dalam negeri. Langkah-langkah ini akan berdampak positif pada defisit neraca perdagangan dan mendorong pertumbuhan industri energi nasional menuju keberlanjutan yang lebih baik.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved