Bahlil Lahadalia Curigai Desain Tersembunyi di Balik Anjloknya Lifting Minyak Indonesia: Ada Unsur Kesengajaan di Balik Impor BBM?
Tanggal: 26 Mei 2025 22:58 wib.
Jakarta – Sebuah tudingan serius dilontarkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Ia menduga adanya strategi terselubung, bahkan menyebutnya by design, yang dibuat oleh oknum tertentu untuk sengaja menekan lifting minyak Indonesia. Akibat dari dugaan strategi ini, Indonesia terus menerus terpaksa mengimpor bahan bakar minyak (BBM) dari luar negeri, padahal memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah.
Bahlil membandingkan kondisi lifting minyak Indonesia saat ini dengan data historis. Ia merujuk pada periode 1996-1997 silam, di mana lifting minyak Indonesia mencapai angka fantastis 1.500.000 hingga 1.600.000 barel per hari. Kala itu, konsumsi minyak domestik hanya sekitar 500.000 barel per hari, jauh di bawah produksi.
Namun, potret berbalik drastis pada tahun 2024. Lifting minyak nasional hanya mencapai 580.000 barel per hari, sementara konsumsi harian Indonesia melonjak tajam hingga 1.600.000 barel per hari. Kesenjangan ini menimbulkan pertanyaan besar yang diungkapkan Bahlil.
"Jadi posisi tahun 1996-1997 itu berbanding terbalik dengan kondisi sekarang. Pertanyaan berikutnya adalah, apakah dengan penurunan lifting itu kita sudah tidak punya sumber daya alam atau masih ada? Atau ini sengaja diturunkan agar impor terus?" ujar Bahlil dalam acara "Energi dan Mineral Forum 2025" di Jakarta, Senin (26/5/2025).
Tanpa ragu, Bahlil menegaskan kecurigaannya dengan sumpah. "Bapak ibu semua, saya jujur mengatakan demi Allah, menurut saya ini ada unsur kesengajaan, by design," tegasnya, menunjukkan tingkat keyakinan yang tinggi terhadap dugaannya.
Setelah melakukan penelusuran mendalam, Bahlil menemukan fakta mengejutkan: adanya 301 eksplorasi minyak yang belum memiliki plan of development (POD) atau rencana pengembangan. Padahal, izin konsesi untuk 301 titik tersebut sudah diberikan sejak lama.
"(Tapi) POD-nya dibuat mundur-mundur," ungkap Bahlil, mengindikasikan adanya praktik penundaan sengaja yang menghambat produksi minyak dalam negeri. Kondisi ini secara langsung berkontribusi pada ketergantungan impor BBM.
Merespons temuan ini, Bahlil kemudian meminta izin kepada Presiden Prabowo Subianto untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh. Ia bahkan menegaskan akan mengambil tindakan tegas, termasuk mencabut izin konsesi minyak yang tidak menunjukkan progres.
"Saya izin bawa Presiden, dengan segala hormat, kami akan evaluasi. Sampai praktik pencabutan izin, saya tidak main-main. Termasuk satu perusahaan besar yang sudah 26 tahun diberikan konsesi, ya saya buka saja, ini kan forum," tutur Bahlil, tanpa ragu menyebut salah satu pihak yang diduga terlibat.
Perusahaan yang dimaksud adalah Inpex yang mengelola blok Masela. "Inpex yang blok Masela, sudah 26 tahun itu dikasih (izin konsesi). Saya sudah memberikan sumber peringatan pertama. Masih main-main, peringatan kedua. Kalau tidak, kita cabut atas nama negara. Ini serius," ancam Bahlil, menunjukkan bahwa pemerintah tidak akan lagi mentolerir kelambanan dalam pengembangan sumber daya migas nasional. Tuduhan ini membuka babak baru dalam upaya Indonesia untuk mencapai ketahanan energi.