Bagaimana Peer Pressure Bisa Memengaruhi Keputusan Finansial?
Tanggal: 28 Agu 2025 14:00 wib.
Kita sering kali tanpa sadar membandingkan diri dengan lingkaran pertemanan. Mulai dari gaya berpakaian, hobi, hingga pilihan tempat makan, ada dorongan kuat untuk menyesuaikan diri agar bisa diterima. Hal ini, yang dikenal sebagai peer pressure atau tekanan teman sebaya, ternyata tidak hanya berlaku pada perilaku atau tren, tetapi juga memiliki dampak signifikan pada keputusan finansial. Pengaruh ini bisa begitu halus, sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa pengeluaran mereka didorong oleh keinginan untuk mengikuti standar hidup atau citra yang ditunjukkan oleh teman-teman.
Perangkap Gaya Hidup dan Konsumerisme
Salah satu bentuk paling umum dari peer pressure finansial adalah dorongan untuk mengikuti gaya hidup tertentu. Jika sekelompok teman gemar hangout di kafe-kafe mahal, bepergian ke luar negeri, atau membeli gawai terbaru, ada tekanan tersirat bagi individu lain untuk melakukan hal serupa. Tujuannya bukan semata-mata karena butuh, melainkan karena ingin merasa menjadi bagian dari kelompok. Perasaan FOMO (fear of missing out) atau takut ketinggalan momen sering menjadi pemicu utama.
Konsumerisme yang didorong oleh peer pressure bisa membawa seseorang pada pengeluaran yang sebenarnya di luar kemampuan finansial. Seseorang mungkin rela berutang atau mengorbankan tabungan demi membeli barang bermerek yang dipakai teman-temannya. Keputusan finansial yang diambil bukan berdasarkan kebutuhan atau nilai pribadi, melainkan berdasarkan validasi sosial.
Tekanan Investasi dan Tren Finansial
Peer pressure juga merambah ke ranah yang lebih serius, yaitu investasi. Di era digital, informasi tentang investasi, mulai dari saham, kripto, hingga NFT, bertebaran di media sosial. Sering kali, seseorang tergiur untuk ikut-ikutan berinvestasi karena melihat teman-temannya "mendulang untung" besar dalam waktu singkat. Tekanan ini bisa sangat kuat, apalagi ketika ada teman yang pamer keuntungan atau memberikan saran investasi yang terkesan sangat meyakinkan.
Mengambil keputusan investasi tanpa riset mendalam dan hanya berdasarkan saran teman adalah tindakan yang sangat berisiko. Setiap investasi memiliki risiko yang berbeda-beda, dan apa yang cocok untuk satu orang belum tentu cocok untuk yang lain, apalagi jika modal dan profil risiko yang dimiliki berbeda. Peer pressure di sini bisa mendorong seseorang untuk mengambil risiko yang tidak seharusnya, yang pada akhirnya bisa berujung pada kerugian finansial yang signifikan.
Sisi Gelap dalam Pertemanan dan Hubungan Sosial
Dampak peer pressure finansial juga bisa merusak hubungan pertemanan itu sendiri. Jika seseorang merasa harus berbohong tentang kondisi keuangannya agar bisa "selevel" dengan teman-teman, atau jika pertemanan hanya didasarkan pada aktivitas konsumtif, hubungan itu tidaklah sehat. Pertemanan yang baik seharusnya memberikan dukungan, bukan tekanan.
Sebaliknya, seseorang yang tidak mampu mengikuti gaya hidup teman-temannya bisa merasa terasingkan atau bahkan dikucilkan. Ini bisa menciptakan rasa rendah diri dan kecemasan sosial. Ada pula kasus di mana seorang teman sengaja menggunakan status finansialnya untuk mengendalikan atau mendominasi teman lain, menciptakan dinamika hubungan yang tidak seimbang.
Strategi Mengelola Peer Pressure Finansial
Meskipun peer pressure sulit dihindari sepenuhnya, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mengelola dampaknya pada keputusan finansial.
1. Pahami Nilai dan Tujuan Finansial Diri Sendiri: Sebelum terpengaruh orang lain, penting untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang menjadi prioritas finansial. Apakah itu menabung untuk pendidikan anak, membeli rumah, atau membangun dana pensiun? Memiliki tujuan yang kuat akan menjadi benteng dari godaan pengeluaran yang tidak perlu.
2. Jujur dan Terbuka (dengan Batasan): Tidak perlu memamerkan atau menyembunyikan kondisi finansial. Bersikap jujur dan terbuka dengan teman-teman dekat tentang batasan anggaran bisa membantu mereka memahami situasi. Teman yang baik akan menghargai kejujuran ini dan mencari alternatif kegiatan yang lebih sesuai.
3. Cari Lingkaran Pertemanan yang Sehat: Lingkungan sosial memengaruhi perilaku. Carilah teman-teman yang memiliki nilai-nilai yang sejalan dengan kita, yang menghargai pengalaman dan kualitas hubungan lebih dari sekadar barang-barang material. Lingkaran pertemanan yang saling mendukung untuk mencapai tujuan finansial akan jauh lebih berharga.
4. Latih Keterampilan Mengelola Keuangan: Pengetahuan adalah kekuatan. Dengan memahami cara mengelola anggaran, berinvestasi dengan bijak, dan membuat rencana keuangan, seseorang akan lebih percaya diri dalam mengambil keputusan, tanpa harus ikut-ikutan orang lain.