Sumber foto: Canva

Bagaimana Media Sosial Bisa Memengaruhi Harga Saham?

Tanggal: 28 Agu 2025 14:08 wib.
Munculnya media sosial telah menciptakan gelombang baru yang memiliki kekuatan luar biasa untuk menggerakkan pasar saham. Dari cuitan singkat seorang influencer hingga viralitas sebuah meme, platform digital kini bisa menjadi pemicu fluktuasi harga saham, bahkan mengalahkan analisis fundamental.

Kekuatan Komunikasi Cepat dan Sentimen Publik

Inti dari pengaruh media sosial pada harga saham terletak pada kecepatannya dalam menyebarkan informasi dan membentuk sentimen publik. Berita atau rumor, baik itu valid maupun tidak, dapat menyebar ke jutaan orang dalam hitungan detik melalui platform seperti X (Twitter), Reddit, atau bahkan grup WhatsApp. Jika sebuah kabar, misalnya tentang produk baru yang revolusioner atau skandal manajemen, menjadi viral, sentimen positif atau negatif akan terbentuk dengan cepat.

Sentimen inilah yang memicu reaksi pasar secara massal. Saat sentimen positif mendominasi, banyak investor retail, yang sering disebut investor kecil, akan berbondong-bondong membeli saham, menciptakan permintaan artifisial yang menaikkan harga. Sebaliknya, saat sentimen negatif meluas, kepanikan bisa memicu aksi jual besar-besaran, yang menyebabkan harga saham anjlok drastis. Fenomena ini menunjukkan bahwa pasar tidak lagi hanya rasional, melainkan juga sangat dipengaruhi oleh emosi kolektif yang dipicu oleh media sosial.

Stock Tipping dan Influencer Marketing

Stock tipping atau pemberian rekomendasi saham di media sosial menjadi fenomena yang lazim. Banyak influencer finansial atau finfluencer dengan ribuan hingga jutaan pengikut, memberikan saran tentang saham mana yang harus dibeli atau dijual. Meskipun sebagian dari mereka memberikan analisis yang baik, banyak juga yang kurang memiliki kredibilitas atau bahkan memiliki motif tersembunyi. Ketika seorang finfluencer merekomendasikan sebuah saham, para pengikutnya yang loyal bisa langsung membeli saham tersebut, menciptakan lonjakan permintaan.

Efek ini sangat terlihat pada saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil (small-cap stocks), yang lebih rentan terhadap fluktuasi karena tidak membutuhkan modal besar untuk menggerakkan harganya. Fenomena ini bisa menjadi pisau bermata dua. Jika rekomendasi tersebut berhasil, influencer akan mendapatkan kepercayaan, tetapi jika gagal, para pengikut bisa merugi dan menyebabkan hilangnya kepercayaan.

Fenomena Short Squeeze dan Kekuatan Kolektif

Salah satu contoh paling ikonik dari pengaruh media sosial adalah kasus GameStop pada awal 2021. Sekelompok investor kecil, yang terorganisir di forum Reddit seperti r/WallStreetBets, berhasil memanipulasi pasar dengan membeli saham GameStop secara besar-besaran. Aksi ini bertujuan untuk melawan dana lindung nilai (hedge fund) besar yang telah melakukan short selling (meminjam saham untuk dijual dengan harapan harganya turun).

Ketika harga saham GameStop meroket, para hedge fund tersebut terpaksa membeli saham dalam jumlah besar untuk menutupi posisi short mereka, yang justru membuat harga saham naik lebih tinggi lagi. Fenomena ini dikenal sebagai short squeeze. Peristiwa ini menjadi bukti nyata bahwa media sosial mampu menyatukan investor retail untuk melawan pemain besar di pasar, menunjukkan kekuatan kolektif yang belum pernah ada sebelumnya. Ini mengubah persepsi banyak orang tentang siapa yang benar-benar memegang kendali di pasar saham.

Algoritma dan Sentimen Otomatis

Selain intervensi manusia, ada juga teknologi yang mempercepat pengaruh media sosial. Banyak firma keuangan dan investor profesional kini menggunakan algoritma yang menganalisis sentimen di media sosial secara real-time. Alat-alat ini memindai jutaan cuitan, postingan, dan komentar untuk mengukur apakah sentimen terhadap sebuah perusahaan atau industri sedang positif, negatif, atau netral.

Jika sentimen mendadak berubah negatif, algoritma bisa secara otomatis memicu perintah jual dalam jumlah besar. Sebaliknya, jika sentimen positif melonjak, algoritma bisa memicu pembelian. Ini menciptakan siklus umpan balik (feedback loop) yang mempercepat fluktuasi harga saham. Jadi, tidak hanya investor manusia yang dipengaruhi oleh media sosial, tetapi juga sistem perdagangan otomatis yang bergantung pada data tersebut.

Risiko dan Tantangan

Meskipun media sosial menawarkan akses informasi yang lebih demokratis, ada banyak risiko dan tantangan yang menyertainya. Penyebaran informasi yang salah (misinformation) dan berita palsu (fake news) bisa dengan mudah memicu fluktuasi harga yang tidak berdasar. Seringkali, rumor disebarkan untuk memanipulasi pasar, menguntungkan pihak-pihak tertentu sementara merugikan banyak orang.

Kurangnya regulasi pada platform media sosial membuat praktik ini sulit dikendalikan. Otoritas pasar modal di berbagai negara menghadapi tantangan baru dalam memantau dan menindak praktik manipulasi pasar yang terjadi di dunia maya. Investor juga harus lebih berhati-hati dan kritis dalam menyaring informasi yang mereka dapatkan dari media sosial. Mengambil keputusan investasi hanya berdasarkan rumor atau rekomendasi finfluencer bisa sangat berbahaya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved