AS Alami Krisis Telur, Indonesia Siap Ambil Peluang Ekspor
Tanggal: 30 Mar 2025 12:11 wib.
Tampang.com | Amerika Serikat (AS) saat ini mengalami krisis pasokan telur ayam akibat merebaknya flu burung (H5N1) yang menyerang ayam petelur. Akibatnya, produksi telur AS turun hampir 10 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menyebabkan harga telur di tingkat pengecer melonjak tajam. Saat ini, harga telur di AS mencapai 4,11 dollar AS per lusin atau sekitar Rp 68.000, jauh lebih tinggi dibandingkan harga normal.
Untuk mengatasi krisis ini, Departemen Pertanian AS telah mencari sumber impor telur baru, termasuk dari Jerman, Italia, Polandia, Austria, Norwegia, Spanyol, Denmark, dan Swedia. Namun, upaya ini dihadapkan pada tantangan diplomatik karena kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Donald Trump terhadap sejumlah negara Eropa.
Indonesia Siap Menjadi Pemasok Telur ke AS
Di tengah krisis yang melanda AS, Indonesia melihat peluang besar untuk mengekspor telur ayam konsumsi ke Negeri Paman Sam. Produksi telur Indonesia saat ini surplus hingga 5 miliar butir per bulan atau setara 288.700 ton, sehingga ekspor tidak akan mengganggu pasokan dalam negeri.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, menyatakan bahwa Indonesia telah mulai menjajaki ekspor 1,6 juta butir telur per bulan ke AS sebagai tahap awal.
“Kami terus mendorong peningkatan ekspor dengan memastikan standar kualitas, keamanan pangan, dan persyaratan negara tujuan terpenuhi,” ujar Agung.
Sebelumnya, Indonesia telah sukses mengekspor telur ke Singapura dan Uni Emirat Arab (UEA). Dengan pengalaman tersebut, peluang untuk memasok pasar AS terbuka lebar, meskipun terdapat berbagai tantangan regulasi yang harus dipenuhi.
Tantangan dan Prospek Ekspor Telur ke AS
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU), Ahmad Dawami, optimistis bahwa Indonesia mampu memasok telur ke AS dalam jumlah besar.
“Indonesia sangat bisa ekspor 1,6 juta butir per bulan. Bahkan, jika bisa mencapai 16 juta atau 160 juta butir per bulan, itu akan lebih bagus,” katanya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa ekspor telur ke AS tidak semudah yang dibayangkan. Ada banyak persyaratan ketat terkait standar keamanan pangan, kualitas produk, serta protokol kesehatan yang harus dipenuhi sebelum Indonesia bisa menjadi pemasok utama telur ke AS.
Kesimpulan: Peluang Besar di Tengah Tantangan
Dengan kondisi krisis yang dialami AS, Indonesia memiliki peluang besar untuk menembus pasar ekspor telur ke negara tersebut. Produksi dalam negeri yang berlebih, pengalaman dalam ekspor, serta komitmen pemerintah dalam memenuhi standar internasional menjadi modal utama dalam persaingan global.
Namun, proses ekspor ini tetap membutuhkan prosedur yang ketat, termasuk pemenuhan regulasi dari pemerintah AS. Jika Indonesia mampu memenuhi semua persyaratan tersebut, bukan tidak mungkin ekspor telur ke AS akan menjadi salah satu sektor yang menguntungkan bagi industri peternakan nasional.