Sumber foto: aa.com.tr

Antisipasi Pelaku Pasar Menyongsong Rilis Data BI & BPS

Tanggal: 13 Okt 2024 13:44 wib.
Tanggapan pasar keuangan Indonesia menantikan peristiwa signifikan dalam pekan depan, yang akan dipengaruhi oleh sentimen baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah satu peristiwa yang paling dinantikan adalah rilis data suku bunga dari Bank Indonesia (BI) dan statistik perdagangan dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Pada Senin (14/10/2024), pasar keuangan Indonesia belum terpengaruh secara signifikan oleh sentimen baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, pada Selasa (15/10/2024), BPS dijadwalkan akan merilis data neraca perdagangan, ekspor, dan impor untuk periode September 2024.

Data sebelumnya menunjukkan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2024 mengalami surplus sebesar US$2,89 miliar, menyusul surplus selama 52 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus ini dihasilkan oleh pertumbuhan ekspor sebesar 5,97% mencapai US$23,56 miliar, sementara impor lebih rendah sebesar US$20,67 miliar.

Menanggapi data tersebut, Pudji Ismartini, Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, mengungkapkan bahwa surplus ini mengalami peningkatan sebesar US$2,4 miliar secara bulanan (month to month/mtm) dari Juli 2024. Namun, surplus ini masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Surplus neraca perdagangan Agustus 2024 ini lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$4,34 miliar, dengan komoditas utama antara lain bahan bakar mineral, lemak hewan atau nabati, serta besi dan baja.

Selanjutnya, pada Rabu (16/10/2024), BI dijadwalkan akan merilis hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilaksanakan pada 15-16 Oktober 2024. Salah satu hal yang paling ditunggu oleh pelaku pasar adalah keputusan terkait suku bunga acuan.

Pada September 2024, BI telah memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) dari 6,25% menjadi 6%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa keputusan tersebut konsisten dengan rendahnya prakiraan inflasi pada 2024 dan 2025 yang terkendali, stabilitas nilai tukar rupiah, serta perlunya upaya untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional ke depan.

Pada Kamis (17/10/2024), sentimen dari luar negeri, khususnya dari Amerika Serikat, akan menjadi perhatian pelaku pasar. American Petroleum Institute (API) akan merilis stok minyak mentah yang berpotensi mengguncang harga minyak dunia. Pada pekan sebelumnya, inventaris minyak mentah AS melonjak sebesar 10,9 juta barel, menciptakan tekanan pada harga minyak mentah baik Brent maupun WTI.

Selain itu, AS juga akan merilis angka klaim pengangguran, yang akan menjadi pertimbangan bank sentral AS (The Fed) untuk memutuskan kebijakan suku bunga ke depan dengan melihat data ketenagakerjaan. Jika klaim pengangguran meningkat, maka probabilitas The Fed untuk memangkas suku bunga acuan akan semakin besar.

Di sisi lain, pada akhir pekan depan (18/10/2024), China dijadwalkan akan merilis pertumbuhan ekonomi untuk kuartal III-2024. Perkembangan ini menjadi sorotan karena pada kuartal II-2024, pertumbuhan ekonomi China tercatat sebesar 4,7% year on year/yoy. Diperkirakan bahwa kuartal III-2024 masih menunjukkan tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi China dengan proyeksi hanya sebesar 4,6% year on year.

Dalam menghadapi berbagai potensi dampak dari peristiwa diatas, pelaku pasar keuangan Indonesia perlu melakukan analisis mendalam dan kewaspadaan yang tinggi. Rilis data dari BPS dan BI, serta sentimen dari eksternal, akan menjadi acuan penting bagi pengambilan keputusan investasi di pasar keuangan Indonesia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved