Alasan Kuat Mengapa Asing Lepas Saham Saat Ini, Kecuali untuk BBNI
Tanggal: 11 Jul 2024 19:13 wib.
Tekanan jual dari investor asing terhadap saham-saham bank pelat merah di Indonesia memang terjadi selama tahun 2024, tetapi terdapat pengecualian yang cukup signifikan pada PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Meskipun demikian, ada sejumlah faktor yang mendasari fenomena tersebut.
Dalam periode tersebut, asing telah melepas kepemilikannya di saham-saham bank KBMI IV dengan total mencapai Rp 17,3 triliun. Aliran dana keluar dari saham-saham bank dengan kapitalisasi pasar besar juga mengakibatkan beban bagi indeks harga saham gabungan (IHSG).
Meski demikian, penjualan saham oleh investor asing pada perusahaan bank yang tergabung dalam KBMI IV tidak berpengaruh secara signifikan terhadap saham BBNI. Data dari RTI menunjukkan bahwa asing hanya melepaskan saham BBNI sebesar Rp 745 miliar di pasar reguler. Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan penjualan saham bank KBMI IV yang mencapai lebih dari Rp 1 triliun pada periode yang sama.
Muhammad Nafan Aji, seorang analis dari Mirae Asset Sekuritas, mengungkapkan bahwa salah satu alasan utama hal ini terjadi adalah karena investor asing melihat Price to Book Value (PBV) dari saham BBNI dinilai murah dan lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank buku IV lainnya. PBV BBNI tercatat sebesar 1,22x, yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa bank buku IV lain yang memiliki rasio PBV di atas 2x.
Selain itu, economist dan financial market specialist, Lucky Bayu Purnomo, juga menambahkan bahwa kinerja positif dari BBNI menjadi faktor penentu. Efisiensi pengelolaan Non Performing Loan (NPL) yang dijaga di level 2% menjadi salah satu alasan penurunan tekanan jual asing terhadap saham BBNI jika dibandingkan dengan bank-bank lain dalam KBMI. Menurutnya, pengelolaan NPL menjadi faktor penting terutama untuk fundamental industri perbankan.
Selain dari segi kinerja, BBNI juga memiliki keunggulan dalam penyaluran kredit yang membuatnya menonjol di antara bank-bank pelat merah lainnya. Analis juga sepakat bahwa kinerja BBNI akan terus meningkat sepanjang tahun 2024, dengan proyeksi penyaluran kredit yang mencapai 9% (yoy), yang dianggap sebagai kinerja yang memuaskan. Perspektif positif terhadap pertumbuhan BBNI juga tercermin dari rekomendasi BUY yang masih disematkan untuk saham BBNI.
Riset dari OCBC Sekuritas juga memperkirakan pertumbuhan BBNI sebesar 9% (yoy) sepanjang tahun 2024, didorong oleh segmen yang berisiko rendah seperti kredit korporasi serta kredit konsumer dan anak usahanya. Sebagai bank besar, BBNI memiliki potensi untuk memberikan kredit korporasi yang lebih besar sepanjang tahun 2024
Pertumbuhan perusahaan swasta, terutama di sektor perdagangan, manufaktur, hingga pembangkit tenaga listrik, juga menjadi perhatian BBNI sebagai upaya untuk diversifikasi portofolio kredit. Dalam hal ini, manajemen BBNI berupaya untuk memperkirakan biaya kredit di kisaran 1% sepanjang tahun 2024, sejalan dengan kualitas aset. Selain itu, upaya pengendalian biaya provisi dan perbaikan cost kredit di segmen lainnya juga menjadi fokus bagi BBNI.