Sumber foto: Unsplash

5 Dampak Buruk Terhadap Ekonomi Indonesia Akibat Kurs 1 USD = Rp 16.000 dan Suku Bunga Tinggi

Tanggal: 8 Jun 2024 04:02 wib.
Kondisi ekonomi Indonesia masih dihadapkan pada tekanan berat ke depannya sebagai akibat dari ketidakpastian global yang terus berlangsung. Bahkan, para analis memperkirakan bahwa ketidakpastian ini akan terus berlanjut hingga tahun 2025.

Tidak hanya itu, ketidakpastian lebih diperparah oleh kondisi geopolitik yang memanas di Timur Tengah serta ketidakjelasan terkait pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) oleh The Federal Reserve (The Fed). Dua faktor ini telah memicu aliran modal keluar sehingga mata uang banyak negara, termasuk rupiah, mengalami pelemahan. Lagi pula, suku bunga The Fed yang sulit untuk ditekan turun juga membuat bank sentral banyak negara, termasuk Bank Indonesia, menahan diri bahkan harus menaikkan suku bunga kembali karena aliran keluar modal yang deras serta suku bunga yang tinggi di AS.

Pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang tembus Rp16.000/US$ belakangan ini menjadi salah satu perhatian utama masyarakat maupun pengusaha. Bahkan, kurs rupiah diprediksi akan tetap bergejolak di atas level Rp16.000/US$ dalam kurun waktu yang cukup panjang. 

Sejak 16 April 2024, rupiah terus mengalami depresiasi dari level Rp15.840/US$ menjadi Rp16.170/US$ dan hingga saat ini, kurs rupiah masih bertengger di sekitar kisaran Rp16.000/US$ atau lebih tepatnya Rp16.215/US$ pada penutupan perdagangan pada Selasa, 4 Juni 2024.

Dalam situasi kondisi ekonomi yang tidak menentu, terdapat beberapa dampak buruk yang diakibatkan oleh tingginya suku bunga Bank Indonesia serta pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS.

Pertama, harga barang impor diperkirakan akan terus meningkat sebagai akibat dari pelemahan kurs rupiah. Kondisi ini dapat menyebabkan inflasi dan menekan daya beli masyarakat, terutama bagi barang-barang kebutuhan pokok yang harus diimpor. 

Kedua, konsumsi masyarakat diperkirakan akan terus tertekan karena daya beli masyarakat menurun akibat adanya inflasi yang disebabkan oleh kenaikan harga barang impor. Akibatnya, sektor ritel dan industri barang konsumsi dapat mengalami penurunan kinerja.

Ketiga, PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dikhawatirkan akan merajalela akibat dari kondisi ekonomi yang melemah. Perusahaan-perusahaan mungkin akan melakukan pemangkasan pegawai atau bahkan melakukan PHK sebagai cara mengurangi biaya operasional.

Keempat, beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan juga dapat melonjak akibat dari suku bunga yang tinggi. Hal ini bisa mengakibatkan penurunan profitabilitas perusahaan dan menghambat ekspansi bisnis.

Kelima, kenaikan kredit macet di perusahaan juga menjadi salah satu dampak yang menyertainya. Akibat beban bunga yang lebih tinggi serta konsumsi masyarakat yang menurun, perusahaan mungkin mengalami kesulitan dalam membayar kreditnya sehingga kredit macet akan meningkat.

Dengan kondisi yang demikian, pemerintah perlu melakukan langkah-langkah yang tepat untuk mengatasi dampak-dampak buruk ini. Terdapat beberapa kebijakan ekonomi domestik yang dapat dilakukan seperti memperkuat cadangan devisa, mengendalikan inflasi, serta menjaga stabilitas pasar keuangan untuk mengantisipasi potensi krisis yang bisa berdampak luas pada perekonomian nasional. Upaya ini juga perlu diimbangi dengan sinergi antara kebijakan fiskal dan moneter agar efektivitas kebijakan tersebut dapat terwujud.

Selain itu, pemerintah juga bisa mendorong peningkatan investasi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya luar negeri. Dengan demikian, ekonomi Indonesia dapat tetap tumbuh meski sedang dihadapkan pada tekanan eksternal yang cukup berat. Kerjasama dengan berbagai pihak terkait dalam negeri maupun luar negeri juga penting untuk menghadapi berbagai tantangan ekonomi di masa yang akan datang.

Terkait hal ini, pemerintah juga bisa terus melakukan koordinasi dengan bank sentral serta lembaga keuangan untuk mencari solusi yang tepat agar kondisi ekonomi dapat terjaga dengan baik. Langkah-langkah jitu yang diambil oleh pemerintah dan bank sentral dalam menghadapi berbagai dampak buruk akibat pelemahan nilai tukar rupiah dan suku bunga tinggi, juga memberikan keyakinan kepada pelaku usaha dan masyarakat tentang kondisi ekonomi yang stabil.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved