Sumber foto: Google

Viral, Pungli Jalur Pendakian Lawu Via Cetho, Bermodus Sewa Kain Rp 5.000

Tanggal: 12 Mei 2025 11:23 wib.
Tampang.com | Belakangan ini, dunia pendakian di Indonesia kembali dihebohkan dengan beredarnya sebuah video yang menunjukkan seorang pendaki diminta membayar sewa kain sebesar Rp 5.000 saat melewati jalur pendakian Gunung Lawu via Cetho. Video tersebut menjadi viral dan menuai banyak perhatian di kalangan para pencinta alam. Insiden ini terjadi di pertengahan Pos 1, yang merupakan lokasi strategis dan sering dilalui oleh para pendaki.

Menurut keterangan yang diterima, permintaan untuk membayar sewa kain ini dilakukan oleh sejumlah petugas tidak resmi saat pendaki melintasi kawasan tersebut. Dalam video tersebut, terlihat seorang pendaki yang tampak kebingungan ketika diminta untuk membayar sewa kain yang dianggap sebagai syarat untuk melanjutkan perjalanan. Kain yang disewakan itu konon dimaksudkan untuk menjaga kesakralan kawasan wisata religi Pamoksan Brawijaya, yang juga dilewati oleh pendaki.

Ketua LMDH Anggramanis, Jayadi, mengonfirmasi bahwa penggunaan kain tersebut sudah diterapkan sejak tahun 2021. Menurutnya, aturan ini diberlakukan untuk menjaga kesakralan dan norma-norma yang ada di kawasan Pamoksan Brawijaya. “Kawasan ini adalah tempat suci bagi masyarakat sekitar, dan tradisi ini dimaksudkan untuk menghormati tradisi yang telah ada,” ungkap Jayadi. "Kami 2019 mendapat perjanjian kerja sama (PKS) dari Perhutani pengelolaan tempat wisata tersebut. Entah itu pendaki atau pengunjung wisata kami kenakan kain," ujarnya.

Namun, pernyataan ini menuai kritik dari banyak orang, terutama di kalangan penggiat pendakian. Banyak yang merasa bahwa pemungutan biaya sewa kain tersebut terkesan sebagai praktik pungutan liar (pungli) yang merugikan para pendaki. Sebagian pendaki berpendapat bahwa perlakuan ini tidak seharusnya diterapkan, karena akan menambah beban biaya untuk melakukan kegiatan yang seharusnya dinikmati dengan bebas dan tanpa adanya pungutan yang tidak resmi.

Fenomena ini menjadi sorotan tidak hanya di media sosial, tetapi juga mendapat perhatian dari berbagai komunitas pendaki. Beberapa komunitas menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap perlakuan semacam ini. Mereka berpendapat bahwa meskipun ada nilai-nilai yang harus dihormati, pemungutan sewa kain seharusnya tidak digunakan sebagai alasan untuk memungut biaya dari pendaki yang datang untuk menikmati keindahan alam dan melaksanakan kegiatan non-komersial.

Dalam waktu yang singkat, video pendaki yang diminta bayar sewa kain ini sudah menjangkau ribuan pengguna internet dan menjadi bahan perbincangan hangat. Netizen pun tak ketinggalan memberikan komentar beragam, mulai dari dukungan terhadap pelestarian tradisi hingga kritik tajam terhadap pengelolaan jalur pendakian yang dianggap tidak profesional. Beberapa pihak bahkan menyerukan untuk memboikot jalur pendakian Lawu via Cetho jika praktik ini terus berlanjut.

Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya adanya dialog terbuka antara pengelola jalur pendakian, masyarakat lokal, dan para pendaki. Menciptakan keseimbangan dalam menjaga tradisi sekaligus memberikan pengalaman positif bagi pendaki adalah tantangan yang harus dihadapi. Dalam konteks pendakian, pelestarian budaya dan keharmonisan dengan alam harus selalu menjadi prioritas tanpa membebani para pengunjung dengan pungutan yang meragukan.

Dengan viralnya video ini, diharapkan perhatian lebih dari instansi terkait untuk mengatasi permasalahan pungli di jalur pendakian, demi memberikan pengalaman yang lebih baik bagi para pendaki dan menjaga kelestarian tradisi setempat.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved