Veteran Perang Dunia II Hancurkan Tesla dengan Tank: Protes Keras terhadap Elon Musk dan Fasisme yang Bangkit Kembali?
Tanggal: 25 Mei 2025 21:34 wib.
Sebuah aksi dramatis dan penuh simbolisme terjadi baru-baru ini ketika seorang veteran perang Inggris berusia 98 tahun menghancurkan mobil Tesla menggunakan sebuah tank Sherman—kendaraan tempur legendaris yang digunakan pasukan Sekutu melawan Nazi pada Perang Dunia II. Tindakan ini bukan sekadar perusakan biasa, melainkan protes tegas atas apa yang dianggapnya sebagai kebangkitan fasisme, yang disinyalir diwarnai oleh tindakan dan sikap kontroversial sang miliarder Elon Musk.
Ken Turner, sang veteran, merekam momen saat dirinya mengemudikan tank tersebut untuk meratakan Tesla berwarna biru laut yang telah dijadikan simbol dalam aksi tersebut. Turner menyampaikan pesan kuat tentang pengalaman hidupnya yang panjang dan pengamatannya terhadap perkembangan politik dunia saat ini. Ia menegaskan, "Usia saya sudah cukup tua untuk menyaksikan kebangkitan fasisme, dan kini kita melihat gejala yang sama muncul kembali."
Video aksi ini kemudian diunggah ke YouTube oleh sebuah kelompok bernama Led by Donkey, yang menyatakan bahwa tindakan Turner merupakan pesan langsung kepada Elon Musk, CEO dan pendiri Tesla. Musk dikenal dalam beberapa tahun terakhir karena pandangannya yang kontroversial dan dukungannya terhadap berbagai kelompok politik sayap kanan di Eropa dan Amerika Serikat. Led by Donkey menyebutkan bahwa kekayaan luar biasa Musk berasal dari penjualan mobil Tesla, yang dianggap sebagai simbol dominasi ekonomi dan pengaruhnya yang kini digunakan untuk mendukung agenda politik yang dinilai berbahaya.
Dalam video tersebut, tank Sherman yang dikendarai Turner menggilas Tesla hingga hancur lebur, melambangkan perlawanan terhadap apa yang mereka sebut sebagai "fasisme baru" yang diduga didukung oleh Musk. Turner dengan tegas menyatakan, "Kita pernah berjuang melawan fasisme di masa lalu, dan kita akan melawannya lagi sekarang."
Berita ini kemudian menarik perhatian berbagai media, termasuk Futurism, yang mengulas bahwa aksi tersebut merupakan respons keras terhadap pandangan-pandangan Musk yang dianggap ekstrem dan memicu kontroversi. Musk sering menggunakan platform media sosialnya untuk menyebarkan teori konspirasi dan komentar yang bernada anti-imigran. Selain itu, diketahui pula bahwa Musk menyumbangkan dana besar kepada kelompok politik kanan di berbagai negara Barat, terutama di Eropa dan Amerika Serikat.
Salah satu alasan utama pemberian label "fasis" terhadap Musk adalah karena gerakan tangan yang dilakukan dalam sebuah acara pelantikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang dianggap mirip dengan salam Nazi. Selain itu, Musk juga pernah muncul dalam kampanye untuk partai Alternative for Germany, yang memiliki afiliasi dengan kelompok neo-Nazi, serta menghadiri pertemuan dengan partai sayap kanan Italia, Lega.
Sentimen negatif terhadap Musk dan perusahaan Tesla tidak hanya berhenti pada aksi penghancuran mobil, tetapi juga memunculkan gerakan protes global yang dikenal dengan nama "Tesla Takedown" atau kampanye "jatuhkan Tesla." Gerakan ini menuntut masyarakat dan konsumen untuk memboikot Tesla karena dugaan keterlibatan Musk dalam mendukung kelompok ekstrem kanan dan ideologi yang berbahaya.
Kampanye ini cukup berdampak signifikan terhadap penjualan Tesla, khususnya di kawasan Eropa, di mana popularitas merek tersebut mulai menurun seiring dengan aktifnya Musk di dunia politik. Para pengamat pasar menyebutkan bahwa kontroversi politik yang melibatkan Musk telah memengaruhi persepsi publik terhadap Tesla, yang sebelumnya dikenal sebagai pionir kendaraan listrik dan simbol inovasi teknologi masa depan.
Namun, di balik kontroversi tersebut, ada diskusi yang lebih luas tentang hubungan antara kekuasaan ekonomi, pengaruh politik, dan tanggung jawab sosial. Elon Musk, sebagai salah satu orang terkaya di dunia, menjadi sosok yang sering disorot tidak hanya karena prestasi bisnisnya, tetapi juga karena sikap dan tindakan politiknya yang berani dan terkadang kontroversial.
Bagi sebagian kalangan, aksi Turner dan kelompok Led by Donkey adalah bentuk peringatan dan seruan untuk waspada terhadap kemunculan kembali ideologi yang mengancam kebebasan dan demokrasi. Mereka melihat tindakan keras tersebut sebagai refleksi dari sejarah panjang perjuangan melawan fasisme yang tidak boleh diulang.
Sementara itu, pendukung Musk dan Tesla berpendapat bahwa keterlibatan Musk dalam politik adalah hak pribadi dan tidak selalu berkaitan langsung dengan produk atau perusahaan yang dia dirikan. Mereka menekankan pentingnya memisahkan antara pandangan pribadi seorang tokoh dengan prestasi dan inovasi yang dibawa perusahaannya.
Terlepas dari berbagai opini yang muncul, kejadian veteran Inggris menghancurkan Tesla dengan tank menjadi simbol kuat bagaimana perlawanan terhadap ideologi yang dianggap berbahaya dapat mengambil bentuk yang tidak biasa. Ini juga mengingatkan bahwa peran sejarah dan pengalaman hidup sangat penting dalam membentuk sikap dan tindakan seseorang terhadap isu-isu global saat ini.
Aksi ini menjadi sebuah pengingat bahwa teknologi dan inovasi, meskipun membawa kemajuan, juga bisa terjerat dalam dinamika politik dan sosial yang kompleks. Masyarakat global dihadapkan pada dilema bagaimana mengelola pengaruh besar yang dimiliki tokoh-tokoh dan perusahaan raksasa, serta bagaimana memastikan bahwa kemajuan teknologi tidak digunakan untuk memperkuat kelompok yang berpotensi merusak tatanan demokrasi dan kemanusiaan.