Sumber foto: Google

Turis Brasil Meninggal di Rinjani, Seperti Apa Keaamnan Wisata Indonesia?

Tanggal: 30 Jun 2025 10:29 wib.
Sejumlah media asing memberitakan kecelakaan pendakian turis asal Brasil, Juliana Marins, yang ditemukan tewas setelah terpeleset ke jurang Gunung Rinjani, Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Sabtu (21/6/2025). Kasus ini menyoroti isu keamanan pendakian di Indonesia, yang menjadi perhatian banyak pihak setelah kematian tragis Marins. Banyak pihak mengkritik otoritas Indonesia karena dinilai lambat dalam proses pencarian dan penyelamatan Marins.

Gunung Rinjani adalah salah satu destinasi pendakian yang paling populer di Indonesia, menarik ribuan pendaki dari seluruh dunia setiap tahunnya. Dikenal dengan pemandangan yang menakjubkan dan kawah yang indah, Rinjani menawarkan pengalaman alam liar yang tak terlupakan. Namun, dengan keindahan tersebut, terdapat risiko yang harus diperhatikan, terutama bagi pengunjung asing yang tidak terbiasa dengan medan yang sulit.

Kecelakaan seperti yang terjadi pada Juliana Marins bukanlah yang pertama kalinya. Setiap tahun, kasus serupa terjadi di berbagai gunung dan jalur pendakian di Indonesia. Sejumlah faktor dapat menyebabkan meningkatnya risiko, seperti cuaca yang tidak menentu, buruknya ketahanan fisik pendaki, dan kurangnya pengalaman. Dalam kasus Marins, adanya keterlambatan dalam proses penyelamatan menimbulkan kekhawatiran mengenai efisiensi sistem keamanan yang ada.

Keamanan wisata di Indonesia, terutama di sektor pendakian, diatur oleh berbagai regulasi. Namun, aplikasi di lapangan sering kali tidak seefisien harapan. Banyak pendaki yang datang tanpa ditemani pemandu berlisensi atau tanpa pengetahuan yang cukup tentang rute yang akan dilalui. Ini menambah risiko insiden serupa di masa depan. Otoritas pariwisata setempat seharusnya meningkatkan sosialisasi dan memberikan informasi yang tepat kepada pendaki, baik lokal maupun mancanegara.

Di sisi lain, teknologi juga dapat berperan penting dalam meningkatkan keamanan pendakian. Beberapa tempat wisata di Indonesia mulai menggunakan aplikasi dan perangkat GPS untuk membantu pendaki melacak lokasi mereka serta kondisi cuaca secara real-time. Meskipun demikian, penggunaan teknologi ini masih belum merata di semua lokasi pendakian. Dalam konteks kematian Juliana Marins, keluarga dan teman-teman dekatnya merasa kecewa dengan respons yang lambat dari otoritas setempat.

Kemitraan dengan berbagai lembaga internasional bisa menjadi langkah strategis untuk meningkatkan standar keselamatan di tempat-tempat wisata. Dengan mengadopsi praktik terbaik dari negara-negara lain yang memiliki pengalaman dalam manajemen risiko di area pendakian, Indonesia bisa belajar untuk mengurangi insiden yang tidak diinginkan. 

Menanggapi insiden tersebut, beberapa advokat keselamatan pendakian mendesak pemerintah untuk memperkenalkan regulasi lebih ketat mengenai pendakian gunung, terutama bagi kelompok turis asing yang mungkin tidak familiar dengan kondisi lingkungan. Beberapa pengamat berpendapat bahwa pelatihan untuk pemandu lokal dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kegiatan pendakian dapat membantu mengurangi angka kecelakaan.

Dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia, termasuk untuk aktivitas adventure seperti pendakian gunung, perhatian lebih terhadap keselamatan wisata sangat diperlukan. Kasus Juliana Marins menjadi pengingat bahwa setiap petualangan di alam liar datang dengan tanggung jawab, baik dari pihak wisatawan maupun pengelola tempat wisata. Saatnya untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem keamanan agar insiden serupa tidak terjadi lagi di masa depan.

Seiring dengan perkembangan pariwisata yang pesat, harapannya Indonesia dapat menyediakan pengalaman wisata yang tidak hanya menakjubkan, tetapi juga aman bagi para pelancong yang datang mencari keindahan alamnya.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved