Tugu Pesut Samarinda Seharga Rp1,1 M Tuai Kritik, Pengamat, Kembali ke Selera Masing-masing
Tanggal: 17 Jan 2025 23:45 wib.
Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), kini memiliki ikon baru berupa Tugu Pesut. Tugu yang diresmikan pada awal tahun 2025 ini menjadi sorotan publik, baik karena keunikan desainnya maupun anggaran pembangunannya yang mencapai Rp1,1 miliar.
Tugu Pesut yang berwarna merah tersebut memiliki tinggi 8 meter dan terbuat dari konstruksi baja yang dilapisi kabel plastik daur ulang. Desainnya yang modern dan artistik diharapkan dapat memperkuat identitas Kota Samarinda sekaligus menjadi daya tarik wisata baru. Namun, keberadaan tugu ini tidak hanya menuai pujian, tetapi juga menjadi bahan perbincangan dan kritik di tengah masyarakat.
Pendanaan pembangunan Tugu Pesut berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2024. Dengan total anggaran sebesar Rp1,1 miliar, proyek ini menjadi salah satu program pemerintah kota untuk mempercantik ruang publik. Meski demikian, sejumlah pihak mempertanyakan urgensi dan efektivitas dari pembangunan tugu tersebut, terutama di tengah berbagai kebutuhan prioritas lain di Samarinda.
“Tugu Pesut memang unik, tetapi dengan anggaran sebesar itu, masyarakat berhak bertanya apakah tidak ada kebutuhan lain yang lebih mendesak. Misalnya, perbaikan infrastruktur dasar atau pelayanan publik,” ujar seorang warga Samarinda yang enggan disebutkan namanya.
Di sisi lain, beberapa pengamat seni dan budaya melihat Tugu Pesut sebagai upaya positif untuk memperkenalkan seni dan estetika kepada masyarakat. Salah seorang pengamat seni lokal mengungkapkan bahwa literatur terhadap seni di kota ini masih terbatas, sehingga wajar jika sebagian masyarakat belum memahami konsep di balik tugu tersebut. “Ini bisa menjadi pelajaran bahwa seni itu subjektif dan kembali pada selera masing-masing. Tidak semua orang akan setuju, tetapi karya seperti ini tetap memiliki nilai penting bagi identitas kota,” jelasnya.
Kontroversi ini juga ramai diperbincangkan di media sosial. Sebagian netizen memberikan apresiasi terhadap keberanian pemerintah kota dalam menghadirkan ikon baru yang berani dan berbeda. Namun, tidak sedikit pula yang mengkritik desain dan biaya pembangunannya. “Kenapa harus warna merah? Apakah ada makna khusus di balik warna itu?” tanya seorang pengguna Twitter. Pertanyaan seperti ini mencerminkan rasa ingin tahu sekaligus skeptisisme publik terhadap elemen desain tugu.
Wali Kota Samarinda dalam sambutannya saat peresmian menjelaskan bahwa Tugu Pesut didesain untuk merepresentasikan keindahan dan kekuatan. Pesut Mahakam, sebagai satwa khas yang dilindungi, menjadi inspirasi utama dari proyek ini. “Kami berharap tugu ini tidak hanya menjadi ikon, tetapi juga mengingatkan kita semua untuk melestarikan lingkungan dan habitat pesut di Mahakam,” ujarnya.
Seiring waktu, pemerintah kota berharap masyarakat dapat menerima Tugu Pesut sebagai bagian dari wajah baru Samarinda. Berbagai program sosialisasi dan edukasi tentang seni juga direncanakan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap karya-karya seperti ini.
Meski kritik tetap ada, beberapa pihak percaya bahwa keberadaan Tugu Pesut dapat membawa manfaat jangka panjang, seperti meningkatkan daya tarik wisata dan membangkitkan kebanggaan warga terhadap kotanya. “Ini bukan sekadar tugu, tetapi simbol ambisi Samarinda untuk terus berkembang,” tambah seorang pejabat daerah.
Sebagai ikon baru Kota Samarinda, Tugu Pesut mengundang berbagai respons dari masyarakat. Dari apresiasi hingga kritik, semua menunjukkan betapa pentingnya ruang dialog dalam setiap kebijakan publik. Apapun pandangan yang muncul, Tugu Pesut kini telah menjadi bagian dari identitas Kota Samarinda, membawa pesan tentang pelestarian alam dan keberanian bereksperimen dalam seni. Semoga ini menjadi langkah awal untuk memperkaya seni dan budaya di Samarinda.