Tsunami Dahsyat 1674 di Ambon: Pelajaran Berharga untuk Mitigasi Bencana Masa Kini
Tanggal: 23 Mar 2025 15:46 wib.
Tampang.com | Indonesia merupakan negeri yang terletak di kawasan cincin api Pasifik, yang membuatnya rawan terhadap berbagai bencana alam, termasuk tsunami. Salah satu peristiwa mengerikan dalam sejarah Indonesia adalah tsunami yang pernah menerjang Ambon lebih dari 350 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 17 Februari 1674.
Tsunami tersebut dilaporkan memiliki ketinggian antara 90 hingga 110 meter, yang cukup untuk menghancurkan segala sesuatu di jalurnya. Fenomena alam ini terjadi setelah gempa bumi besar berkekuatan magnitudo 7,9 mengguncang wilayah tersebut, menyebabkan tanah terbelah dan bukit runtuh di Leitimor, serta menimbulkan kepanikan yang meluas di kalangan warga setempat.
Dalam suatu webinar bertajuk 'Peringatan Tsunami Ambon 1674: Sepenggal Kisah Berharga Zaman Kolonial, Bekal Menuju Ambon Tsunami Ready', Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida Riama, mengungkapkan bahwa dampak dari gempa ini sangat signifikan, terutama di pesisir Utara Pulau Ambon. Ilmuwan Belanda Georg Eberhard Rumphius, yang hidup pada tahun 1962 hingga 1702, mencatat bahwa peristiwa ini mengakibatkan lebih dari 2.000 kematian dan kerusakan bangunan yang parah. Fakta ini menunjukkan betapa dahsyatnya bencana alam yang menimpa wilayah tersebut.
Tsunami yang terjadi itu tidak hanya berdampak di kawasan Ambon, melainkan juga mengakibatkan kerusakan besar di Pesisir Utara Semenanjung Hitu, di mana air laut naik cukup tinggi. Ketinggian gelombang mencapai 90 hingga 110 meter, yang tentu saja memusnahkan segala sesuatu yang berada di dekat pantai. Tragedi ini menjadi salah satu catatan suram dalam sejarah bencana di Indonesia.
Menghadapi realitas bahwa Maluku, termasuk Ambon, terus-menerus dihadapkan pada ancaman bencana alam, Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa wilayah tersebut tidak pernah sepi dari aktivitas gempa. Banyak sumber potensial terjadinya gempa bumi tercatat di wilayah ini, sehingga masyarakat diharapkan selalu waspada dan siap menghadapi kemungkinan terjadinya bencana.
Daryono juga mengingatkan pentingnya upaya mitigasi bencana bagi masyarakat agar dapat lebih peka dan siap untuk merespons tanda-tanda bahaya alam. Ini termasuk pelaksanaan program-program yang berorientasi pada peningkatan kesiapsiagaan masyarakat di Ambon dan sekitarnya. Pembangunan kapasitas berupa pelatihan dan peningkatan keterampilan menjadi kunci utama dalam menyiapkan masyarakat untuk menghadapi potensi bencana yang mungkin datang.
BMKG, sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam peringatan dini bencana, memiliki visi untuk mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami yang lebih efektif. Ketua Tim Mitigasi Tsunami Samudera Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah, mengungkapkan bahwa lembaganya akan memfokuskan upaya pada pendampingan masyarakat. Pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan masyarakat, sehingga dapat membentuk komunitas yang siaga terhadap tsunami atau yang sering disebut sebagai Tsunami Ready Community.
Masyarakat di Ambon dan wilayah sekitarnya perlu memahami bahwa ancaman gempa dan tsunami adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, kolaborasi antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga swasta, hingga komunitas lokal sangatlah penting dalam meningkatkan kapasitas serta kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang memadai.
Berbagai langkah yang harus diambil mencakup pengenalan risiko, pemetaan daerah rawan bencana, serta edukasi masyarakat. Dokumen kedaruratan juga harus disusun dengan baik, dan latihan kesiapsiagaan harus dilakukan secara berkala, agar masyarakat terbiasa dalam menghadapi situasi darurat. Pj. Wali Kota Ambon, Dominggus Nicodemus Kaya, menekankan pentingnya semua elemen masyarakat terlibat secara aktif dalam upaya ini. Kesadaran akan risiko dan kesiapan untuk bertindak akan menjadi jaminan bagi keselamatan dan perlindungan warga di kawasan ini.
Dengan populasi yang terus tumbuh dan meningkatkan aktivitas yang berpotensi memperburuk dampak bencana alam, kesiapsiagaan menjadi aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Berbagai program pendidikan dan penyuluhan terhadap masyarakat harus berlangsung secara berkelanjutan, agar terbentuk kesadaran kolektif untuk saling melindungi dan berkontribusi dalam mengurangi risiko bencana di masa depan. Hal ini tentunya memerlukan waktu dan konsistensi dalam pelaksanaannya, namun menjadi langkah yang tidak bisa diabaikan demi keselamatan dan ketahanan masyarakat.
Kemajuan teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk mendukung sistem peringatan dini yang lebih efektif. BMKG terus berinovasi dalam penggunaan teknologi informasi untuk memberikan informasi terkini dan akurat mengenai potensi bencana. Informasi tersebut diharapkan dapat dengan cepat menjangkau masyarakat, sehingga mereka dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri dan keluarga mereka.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, jelas bahwa Ambon tidak hanya hanya merupakan wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya, tetapi juga daerah yang harus terus memperkuat kemampuannya dalam menghadapi ancaman bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Upaya menyeluruh dari semua pihak akan menentukan sejauh mana masyarakat siap menghadapi tantangan yang ada di depan.