Tradisi Tarian Sufi (Whirling Dervish): Meditasi Bergerak Menuju Ilahi
Tanggal: 1 Jun 2025 09:55 wib.
Di antara berbagai praktik spiritual yang kaya di dunia Islam, terdapat sebuah tradisi yang memukau dan mendalam: Tarian Sufi, atau yang lebih dikenal sebagai Whirling Dervish (Sema). Ini bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan sebuah ritual sakral dan meditasi bergerak yang dirancang untuk mencapai kesatuan dengan Yang Ilahi. Berasal dari tarekat Mevlevi yang didirikan oleh pengikut Jalaluddin Rumi, seorang penyair dan mistikus Persia abad ke-13, praktik ini adalah jalan menuju ekstase spiritual dan pengalaman transendental.
Sejarah dan Filosofi di Balik Sema
Tradisi Sema berakar kuat pada ajaran Sufisme, dimensi mistik Islam yang berfokus pada pencarian pengalaman langsung akan Tuhan melalui cinta, devosi, dan asketisme. Jalaluddin Rumi, yang dihormati sebagai Maulana, atau "Guru Kami", adalah inspirasi utama di balik tarekat Mevlevi dan ritual Sema. Kisah tentang Rumi yang berputar dalam ekstase setelah mendengar musik tertentu menjadi legenda yang melahirkan praktik ini.
Filosofi di balik Sema adalah representasi simbolis dari perjalanan spiritual manusia menuju kesempurnaan. Setiap elemen dalam ritual memiliki makna mendalam. Pakaian putih yang mengembang (tennure) melambangkan kain kafan ego, jubah hitam (hirka) melambangkan kuburan ego, dan topi tinggi (sikke) melambangkan batu nisan ego. Ketika Dervish melepaskan jubah hitamnya, itu melambangkan pelepasan diri dari ikatan duniawi. Gerakan berputar dengan satu tangan menunjuk ke langit (menerima rahmat ilahi) dan tangan yang lain menunjuk ke bumi (menyalurkan rahmat ilahi ke dunia), melambangkan saluran antara langit dan bumi. Putaran mereka yang terus-menerus merepresentasikan gerakan alam semesta, atom, planet, dan semua makhluk hidup dalam siklus keberadaan. Iringan musik yang dimainkan oleh instrumen tradisional seperti seruling buluh (ney), gendang (kudum), dan biola (kemence), adalah bagian integral dari ritual. Musik membantu menginduksi keadaan trans dan memfasilitasi perjalanan spiritual.
Proses Sema: Perjalanan Menuju Kesatuan
Upacara Sema adalah proses yang sangat terstruktur, dibagi dalam beberapa bagian. Prosesi ini dimulai dengan lantunan pujian kepada Nabi Muhammad, diikuti dengan sebuah solo seruling ney yang dimainkan untuk melambangkan tiupan ilahi yang memberikan kehidupan kepada segala sesuatu. Kemudian, para Dervish akan memulai prosesi Sultan Veled (Devr-i Veled), berjalan perlahan mengelilingi panggung tiga kali, di mana setiap putaran melambangkan tahapan perjalanan spiritual dan saat mereka melepaskan jubah hitam mereka.
Inti dari tarian adalah empat salam (Salam) di mana para Dervish mulai berputar dalam irama yang semakin cepat. Salam pertama adalah pengakuan akan keberadaan Tuhan. Salam kedua merupakan ungkapan kekaguman atas keagungan Tuhan. Salam ketiga adalah kerinduan akan kesatuan dengan Tuhan. Dan salam keempat melambangkan kedamaian dan kepuasan atas kesatuan yang telah dicapai, kembali kepada tugas di dunia. Ritual diakhiri dengan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an dan doa. Para Dervish berputar dengan mata yang seringkali setengah tertutup, membiarkan diri mereka larut dalam gerakan ritmis dan musik, mencapai keadaan dhikr (mengingat Tuhan) yang mendalam. Mereka berputar di sekitar poros mereka sendiri dan juga mengelilingi pusat panggung, menciptakan pola yang meniru gerakan alam semesta.
Warisan Budaya dan Spiritual di Era Modern
Meskipun tarekat Sufi sempat dilarang di Turki pada awal abad ke-20 sebagai bagian dari upaya sekularisasi, tradisi Sema kini telah diakui sebagai warisan budaya dan spiritual penting, bahkan oleh UNESCO. Pertunjukan Whirling Dervish kini diadakan secara rutin di Konya (tempat Rumi dimakamkan) dan Istanbul, menarik ribuan pengunjung dari seluruh dunia.
Bagi mereka yang menyaksikannya, Tradisi Tarian Sufi (Whirling Dervish) adalah sebuah pengalaman yang memesona, sebuah demonstrasi hidup dari bagaimana meditasi bergerak dapat membuka gerbang menuju alam Ilahi. Ia adalah pengingat abadi tentang pencarian spiritual manusia akan kesatuan, keindahan gerak, dan kekuatan iman yang melampaui batas-batas fisik.