Sumber foto: pinterest/Indonesia Travel

Tradisi Cap Go Meh di Indonesia: Harmoni Budaya dan Perayaan Imlek

Tanggal: 1 Jun 2025 09:54 wib.
Di Indonesia, perayaan Imlek tidak berakhir setelah dua minggu. Puncaknya justru hadir dalam sebuah festival meriah yang dinamakan Cap Go Meh (, Capi Gomeh), sebuah tradisi yang jauh melampaui sekadar ritual keagamaan. Tradisi Cap Go Meh di Indonesia adalah sebuah manifestasi dari harmoni budaya yang unik, sebuah perayaan Imlek yang kental dengan nuansa lokal dan menjadi ajang pembauran berbagai etnis, khususnya Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Festival ini adalah tontonan warna, suara, dan spiritualitas yang memukau.

Sejarah dan Akulturasi: Dari Tiongkok Selatan ke Tanah Nusantara

Istilah "Cap Go Meh" berasal dari dialek Hokkien, yang berarti "malam kelima belas" atau "malam kelima belas bulan pertama". Ini merujuk pada hari ke-15 dan terakhir dari rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek. Tradisi ini dibawa ke Nusantara oleh para perantau Tionghoa berabad-abad yang lalu, terutama dari wilayah selatan Tiongkok seperti Fujian dan Guangdong.

Namun, di Indonesia, Cap Go Meh mengalami proses akulturasi yang intensif dengan budaya lokal. Berbeda dengan perayaan di Tiongkok aslinya, di Indonesia Cap Go Meh seringkali mengambil bentuk yang lebih meriah, inklusif, dan menampilkan elemen-elemen dari budaya Melayu, Jawa, Sunda, dan lainnya. Hal ini terlihat dari adanya arak-arakan barongsai dan liong yang diiringi musik tradisional lokal, hingga hidangan khas yang telah disesuaikan dengan selera Nusantara. Akulturasi ini adalah cerminan sejarah panjang pembauran budaya yang membentuk identitas bangsa Indonesia.

Perayaan Imlek yang Meriah: Pawai, Ritual, dan Makanan Khas

Cap Go Meh adalah pesta indrawi yang kaya, ditandai dengan berbagai ritual dan atraksi yang meriah:

Puncaknya adalah pawai besar yang melibatkan ribuan peserta. Atraksi utama adalah tarian Barongsai (singa) dan Liong (naga) yang dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa keberuntungan. Para penampil barongsai dan liong tidak hanya dari komunitas Tionghoa, melainkan juga dari berbagai etnis lain, menunjukkan semangat harmoni budaya yang terjalin. Selain itu, seringkali ada penampilan arak-arakan arak-arakan Kim Sin (patung dewa), tatung (atraksi kekebalan tubuh), dan berbagai kesenian daerah lainnya.

Ritual keagamaan juga menjadi bagian penting dari Cap Go Meh. Masyarakat Tionghoa akan mengunjungi kuil-kuil untuk berdoa, berterima kasih atas berkah tahun lalu, dan memohon keberuntungan untuk tahun yang akan datang. Pembakaran dupa, lilin besar, dan kertas sembahyang memenuhi udara dengan aroma khas dan asap yang mengepul.

Tak lengkap rasanya Cap Go Meh tanpa hidangan khasnya. Salah satu yang paling populer adalah Lontong Cap Go Meh, hidangan akulturasi yang memadukan lontong dengan sayur lodeh, opor ayam, sambal goreng ati, telur pindang, dan bubuk kedelai. Hidangan ini adalah simbol pembauran dan kekayaan kuliner Indonesia yang terinspirasi dari Imlek. Selain itu, ada juga onde-onde, kue keranjang, dan berbagai jajanan pasar lainnya yang menambah semarak suasana.

Harmoni Budaya dan Pesan Inklusivitas

Yang membuat Tradisi Cap Go Meh di Indonesia begitu istimewa adalah kemampuannya menjadi platform harmoni budaya. Di banyak kota, seperti Singkawang di Kalimantan Barat atau Glodok di Jakarta, perayaan ini menjadi daya tarik wisata yang unik, di mana masyarakat dari berbagai latar belakang etnis dan agama berkumpul, menyaksikan pawai, dan menikmati kebersamaan. Perbedaan dilupakan sejenak, digantikan oleh semangat perayaan dan penghargaan terhadap keberagaman.

Cap Go Meh adalah penutup yang sempurna untuk perayaan Imlek, sebuah simbol dari harapan akan tahun yang penuh kedamaian, kemakmuran, dan kebahagiaan. Ini adalah pengingat bahwa meskipun kita berasal dari latar belakang yang berbeda, kita dapat bersatu dalam perayaan, menghargai kekayaan budaya masing-masing, dan hidup dalam harmoni budaya yang abadi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved