Sumber foto: iStock

Tangisan di Antariksa: Ketika Astronaut Melihat Bumi Terbakar dari Luar Angkasa

Tanggal: 5 Apr 2025 19:15 wib.
Melihat Bumi dari luar angkasa seharusnya menjadi pengalaman luar biasa dan mengagumkan. Namun, bagi Megan McArthur, seorang astronaut yang pernah bertugas di International Space Station (ISS), pemandangan tersebut justru menyisakan luka mendalam. Dalam keterangannya yang dikutip oleh Insider, ia mengaku merasakan kesedihan luar biasa saat melihat kondisi lingkungan di planet kita yang semakin memburuk.

Pemandangan Menyedihkan dari Ketinggian

Beberapa tahun yang lalu, saat berada di orbit Bumi, McArthur menyaksikan langsung dampak nyata perubahan iklim dan pemanasan global. Apa yang tampak di matanya bukanlah hijaunya hutan atau birunya samudera semata, melainkan asap kebakaran yang membumbung tinggi dari berbagai wilayah dunia.

Amerika Serikat menjadi salah satu negara yang terlihat jelas sedang dilanda kebakaran hebat. Tidak hanya itu, negara-negara seperti Siberia, Yunani, Spanyol, Turki, hingga kawasan Pacific Northwest juga mengalami hal serupa. Dari luar angkasa, asap dan titik-titik api tampak membara, mencerminkan kerusakan besar yang sedang terjadi di permukaan Bumi.


“Kami sangat sedih melihat kebakaran di sebagian besar Bumi, bukan hanya di Amerika Serikat,” ungkap McArthur dengan nada prihatin.


Dunia Dalam Krisis Iklim

Apa yang disaksikan McArthur hanyalah satu potongan dari mosaik krisis iklim global. Kebakaran yang terlihat dari luar angkasa merupakan efek lanjutan dari suhu bumi yang terus meningkat akibat pemanasan global. Suhu yang lebih tinggi menciptakan kondisi yang lebih kering dan mudah terbakar, menyebabkan bencana kebakaran hutan menjadi lebih parah dan lebih sering terjadi.

Di Amerika Serikat, pemerintah bahkan sampai meningkatkan jumlah petugas pemadam kebakaran untuk mengatasi kobaran api yang terus menyebar. Sementara itu, Turki menjadi salah satu negara yang cukup terpukul, kehilangan banyak lahan dan menghadapi kesulitan dalam menangani bencana ini.

Kondisi ini bukanlah kejutan bagi komunitas ilmiah. Menurut McArthur, para ilmuwan dunia sudah berulang kali memperingatkan soal bahaya perubahan iklim dan ancaman kebakaran hutan. Namun, peringatan ini seringkali diabaikan oleh banyak pihak, terutama mereka yang memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan besar.


“Selama bertahun-tahun para ilmuwan dunia telah membunyikan bel alarm ini. Ini adalah peringatan bagi seluruh komunitas global. Butuh seluruh komunitas global untuk mengatasi tantangan ini,” kata McArthur dengan tegas.


Deforestasi: Ancaman Lain yang Mengintai

Selain kebakaran hutan, deforestasi juga menjadi ancaman serius bagi masa depan planet ini. McArthur menyoroti kondisi hutan hujan Amazon di Brasil, yang perlahan namun pasti mulai hilang karena penebangan dan alih fungsi lahan.

Simon Evans dari Carbon Brief mencatat bahwa proses deforestasi ini telah berlangsung cukup lama. Pohon-pohon raksasa ditebang untuk membuka lahan baru yang digunakan untuk pertanian, peternakan, dan kawasan permukiman. Akibatnya, ekosistem terganggu, emisi karbon meningkat, dan iklim dunia pun semakin tak menentu.

Hutan hujan seperti Amazon adalah paru-paru dunia. Ketika pohon-pohon ditebang secara masif, kemampuan alam untuk menyerap karbon dioksida pun melemah. Ini memperparah efek rumah kaca, mempercepat pemanasan global, dan membuka jalan bagi bencana ekologis yang lebih besar.

Seruan dari Antariksa: Bumi Butuh Kita

Apa yang disampaikan Megan McArthur bukan sekadar opini pribadi, tetapi sebuah seruan mendesak dari seseorang yang menyaksikan kerusakan Bumi dari perspektif yang tak biasa. Ia melihat planet ini dari kejauhan—tanpa batas negara, tanpa politik, hanya satu dunia yang tampak rapuh dan terbakar.

Pandangannya mencerminkan betapa pentingnya kerja sama global dalam mengatasi krisis lingkungan. Ini bukan tugas satu negara, satu pemerintah, atau satu organisasi saja. Setiap individu, komunitas, dan pemimpin dunia harus bergerak bersama, mengambil tindakan nyata, dan berkomitmen untuk menyelamatkan satu-satunya rumah yang kita miliki: Bumi.

McArthur bukanlah satu-satunya astronaut yang bersuara. Banyak astronaut lain juga melaporkan pengalaman serupa—perasaan kagum sekaligus sedih melihat Bumi yang tampak indah dari luar angkasa, namun penuh luka dan penderitaan ketika dilihat lebih dekat.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Krisis iklim adalah persoalan nyata, dan kita semua memiliki peran penting dalam mengatasinya. Mulai dari perubahan gaya hidup seperti mengurangi penggunaan plastik, menghemat energi, hingga memilih transportasi ramah lingkungan.

Lebih dari itu, kita juga bisa mendorong perubahan kebijakan melalui dukungan terhadap pemimpin dan organisasi yang peduli terhadap lingkungan. Pendidikan lingkungan sejak dini pun menjadi kunci agar generasi masa depan lebih sadar dan bertanggung jawab.

Kisah Megan McArthur adalah cermin bagi kita semua. Sebuah pengingat bahwa meski kerusakan sudah terjadi, masih ada harapan jika kita bergerak sekarang.

Penutup: Saat Bumi Menangis, Maukah Kita Mendengar?

Melalui pengalamannya di luar angkasa, Megan McArthur menyampaikan pesan yang menyentuh hati: Bumi sedang terluka, dan tanggung jawab memperbaikinya ada di tangan kita bersama. Jangan tunggu sampai semuanya terlambat. Karena jika Bumi hancur, ke mana lagi kita akan pergi?

Mari buka mata, buka hati, dan mulai bertindak sebelum pemandangan indah Bumi hanya tinggal kenangan dari luar angkasa.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved