Sumber foto: iStock

Tambang Nabi Sulaiman: Penelitian Ungkap Praktik Pertambangan Zaman Kuno Lebih Ramah Lingkungan

Tanggal: 4 Jan 2025 14:02 wib.
Ahli Israel telah mengungkap fakta baru mengenai kegiatan pertambangan pada zaman kuno melalui penelitian yang dilakukan di "tambang Nabi Sulaiman." Penemuan ini memperlihatkan bahwa kegiatan pertambangan ribuan tahun lalu ternyata jauh lebih "bersih" dibandingkan dengan kegiatan pertambangan di era modern.

Sejak tahun 1990-an, terdapat perdebatan besar terkait dampak praktik pertambangan pada era sebelum Revolusi Industri terhadap kesehatan manusia dan ekosistem lingkungan.

Sebagian percaya bahwa aktivitas metalurgi pada Zaman Perunggu dan Zaman Besi memperkenalkan logam polutan baru yang terdeteksi secara global. Namun, kelompok ahli lain berpendapat bahwa pertambangan pada era tersebut memiliki dampak minimal terhadap lingkungan hidup.

Erez Ben-Yosef dan timnya dari Tel Aviv University telah melakukan penelitian geokimia di situs tambang tembaga di Timna Valley, Israel. Area ini telah menjadi objek pertambangan sejak abad ke-10 dan sering dianggap sebagai lokasi tambang yang menjadi sumber kekayaan Nabi Sulaiman.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Tel Aviv University menunjukkan bahwa polusi dari industri tembaga pada tambang tersebut sangat minim dan terbatas pada wilayah yang terbatas.

Aktivitas pertambangan di tempat tersebut juga menyebabkan risiko yang kecil bagi manusia, baik pada masa kini maupun pada era kuno. Studi Ben-Yosef juga tidak menemukan bukti bahwa produksi tembaga pada masa lalu menyebabkan polusi.

Dalam penelitiannya, Ben-Yosef menyatakan bahwa "Kami memeriksa dua situs produksi tembaga di Timna Valley, satu dari Zaman Besi atau dari era Nabi Sulaiman dan satu situs yang 1.500 tahun lebih tua.

Studi kami sangat luas. Kami mengambil ratusan sampel tanah dari kedua situs untuk analisis kimia, menciptakan peta resolusi tinggi dari kemunculan logam berat di wilayah tersebut. Kami menemukan bahwa level polusi di situs tembaga Timna sangat rendah dan terbatas di lokasi tungku smelter kuno."

Diperoleh data bahwa konsentrasi timbal, sumber utama polusi dalam industri logam, turun hingga 200 ppm hanya beberapa meter dari tungku. Sebagai perbandingan, Badan Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika Serikat (EPA) menggunakan kriteria bagi pekerja di area industri dengan emisi timbal 1.200 ppm. Area perumahan dengan tingkat polusi 200 ppm dianggap aman untuk anak-anak.

Temuan dari hasil penelitian Ben-Yosef juga mendukung sebuah studi di wilayah Wadi Faynan di Yordania. Sebuah studi menemukan sisa polusi logam hanya pada gigi dari 3 tengkorak dari total 36 tengkorak di sekitar pertambangan Zaman Besi.

Dari penelitian tersebut, Ben-Yosef menyatakan bahwa "Timna dan Faynan adalah situs ideal untuk riset karena mereka tidak diusik oleh pertambangan modern, seperti yang terjadi di Siprus. Karena iklim yang kering, sisa logam di tanah juga tidak terbawa air."

Sebuah laporan dari IFL Science menunjukkan bahwa penelitian ini membuktikan bahwa produksi logam bukanlah sumber utama dari polusi, meskipun dilakukan dalam skala besar. Polusi utama dari aktivitas pertambangan berasal dari industri yang menggunakan timbal beracun.

Penelitian ini memperlihatkan betapa pentingnya memahami dampak lingkungan dari kegiatan ekstraksi sumber daya alam, terutama dalam konteks sejarah. Dengan pemahaman yang lebih baik mengenai aktivitas pertambangan pada masa lalu, kita dapat mengevaluasi kembali praktik dan kebijakan yang digunakan dalam industri pertambangan modern, sehingga dapat mengurangi dampak negatifnya terhadap ekosistem dan kesehatan manusia.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved