Sumber foto: Google

Saat Dunia Lagi Gak Aman, Investasinya Lari ke Mana?

Tanggal: 26 Jun 2025 12:08 wib.
Di tengah pergerakan modal global yang sangat dinamis, investor dituntut makin jeli membaca arah arus uang. Ketika kondisi geopolitik dan ekonomi dunia tidak stabil, banyak investor yang mencari tempat berlindung bagi aset mereka. Dalam situasi ketidakpastian seperti ini, aset-aset aman seperti emas, dolar AS, dan obligasi negara-negara maju menjadi pilihan utama. Sementara itu, sektor energi dan komoditas pun tidak kalah menarik perhatian, terutama dengan munculnya risiko-risiko tertentu yang bisa mempengaruhi pasar global.

Emas, yang sudah lama dikenal sebagai "safe haven", selalu menjadi pilihan utama ketika ketidakpastian melanda. Nilai emas cenderung naik ketika pasar saham mengalami fluktuasi besar, atau ketika terjadi peningkatan dalam risiko geopolitik. Dengan banyaknya gejolak yang terjadi di berbagai belahan dunia, seperti konflik di Timur Tengah dan ketegangan antara negara-negara besar, investor cenderung beralih ke investasi ini. Emas tidak hanya menjanjikan nilai yang lebih aman, tetapi juga dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi yang meningkat.

Dolar AS juga menjadi satu di antara instrumen yang banyak dicari oleh investor saat dunia memasuki fase ketidakpastian. Ketika investor kehilangan kepercayaan terhadap mata uang lain, dolar AS sering kali menjadi pilihan utama sebagai tempat penyimpanan nilai. Permintaan terhadap dolar AS dapat memicu penguatan nilai tukarnya, terutama dalam situasi ketegangan global, di mana investor memilih untuk "berlari" ke aset yang lebih stabil.

Obligasi negara maju menjadi daya tarik tersendiri di tengah kondisi ketidakpastian yang ada. Obligasi pemerintah dari negara-negara dengan ekonomi stabil dianggap sebagai investasi yang relatif aman. Imbal hasil yang ditawarkan meskipun tidak begitu menggiurkan, tetapi menjanjikan keamanan bagi investor yang ingin menghindari risiko tinggi. Ketika investor beramai-ramai melarikan investasinya ke produk-produk yang lebih aman, permintaan terhadap obligasi meningkat, dan dengan demikian, harga obligasi juga cenderung naik. 

Namun, di luar ketiga instrumen tersebut, sektor energi dan komoditas juga menjadi buruan. Meningkatnya ketegangan di berbagai titik di dunia, seperti ancaman penutupan Selat Hormuz, bisa menggerakkan harga minyak dunia ke level yang lebih tinggi. Selat Hormuz merupakan jalur penting bagi pengiriman minyak global, dan jika terjadi gangguan di jalur ini, dampaknya akan terasa tidak hanya bagi pasar energi tetapi juga ekonomi global secara keseluruhan. Kenaikan harga minyak bisa meningkatkan inflasi, dan pada gilirannya, menarik perhatian investor untuk berinvestasi di sektor energi.

Dari efek positif dan negatif yang ditimbulkan oleh ketidakpastian dunia, sektor komoditas, termasuk logam mulia dan bahan baku, ikut terdorong untuk mendapatkan perhatian lebih dalam portofolio investasi. Ketika inflasi meningkat, komoditas sering kali dianggap sebagai hedge yang efektif. Melihat kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih, banyak investor mengandalkan komoditas sebagai cara untuk melindungi nilai investasi mereka.

Secara keseluruhan, dalam menghadapi ketidakpastian yang melanda dunia ini, investor tidak hanya berfokus pada instrumen tradisional yang aman seperti emas atau dolar. Mereka juga memperhatikan peluang yang ada di sektor energi dan komoditas, yang sering kali bisa memberikan imbal hasil yang signifikan dalam situasi yang seringkali tidak terduga. Dengan memahami dinamika arus modal dan mengidentifikasi sektor-sektor mana yang potensial, investor dapat mengoptimalkan portofolio mereka meskipun dalam keadaan pasar yang bergejolak.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved