Rahasia Ruang Narkoba 2.500 Tahun di Andes Peru, Ternyata Ritual Elit Pra-Inca?
Tanggal: 17 Mei 2025 14:19 wib.
Para arkeolog baru-baru ini mengungkap sebuah ruang tersembunyi di dataran tinggi Andes, Peru, yang ternyata merupakan tempat pembuatan narkoba berusia sekitar 2.500 tahun. Ruangan ini ditemukan penuh dengan tulang burung berlubang yang mengandung sisa-sisa tembakau dan zat psikedelik alami. Penemuan ini memberikan wawasan baru tentang praktik ritual kaum elit pada masa sebelum munculnya Kekaisaran Inca.
Menurut Daniel Contreras, arkeolog dari Universitas Florida, tabung-tabung tulang yang ditemukan mirip dengan alat yang digambarkan dalam film-film sebagai sarana untuk menghirup kokain. Penemuan ini semakin menguatkan teori bahwa kaum elit kuno tersebut gemar melakukan ritual-ritual rahasia yang melibatkan penggunaan zat narkoba.
Penelitian yang dipublikasikan pada tanggal 5 Mei 2025 di jurnal PNAS ini menganalisis sisa kimiawi dalam 23 artefak yang terbuat dari tulang dan cangkang hewan di situs arkeologi Chavín de Huántar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki hipotesis bahwa ritual di situs tersebut melibatkan penggunaan zat psikoaktif.
Situs Chavín merupakan pusat aktivitas ritual yang sangat penting antara tahun 1200 SM hingga 400 SM, jauh sebelum berdirinya Kekaisaran Inca. Kompleks ini terdiri dari berbagai bangunan batu yang mengelilingi sebuah alun-alun terbuka. Seiring waktu, beberapa bangunan berubah menjadi ruang interior yang dikenal sebagai galeri.
Salah satu galeri di kompleks ini ditemukan tersegel sejak sekitar tahun 500 SM dan tidak dibuka sampai dilakukan penggalian pada tahun 2017. Saat peneliti memasuki ruang ini, mereka menemukan 23 artefak yang diukir dari tulang dan cangkang menjadi tabung dan sendok. Artefak ini diyakini sebagai alat-alat yang digunakan dalam ritual hisap narkoba.
Analisis kimia pada artefak tersebut mengungkapkan enam dari mereka mengandung senyawa nikotin, kemungkinan besar berasal dari tembakau, dan juga dimetiltriptamin (DMT), sebuah zat halusinogen alami yang biasa ditemukan dalam teh ayahuasca, minuman tradisional yang digunakan untuk ritual keagamaan di Amerika Selatan.
Lebih jauh, analisis mikroskopis pada artefak menunjukkan keberadaan akar dari spesies Nicotiana liar dan bagian tanaman vilca (Anadenanthera colubrina) yang mengandung DMT. Tanaman tersebut kemungkinan diolah dengan cara dikeringkan, dipanggang, lalu digiling sehingga menjadi tembakau hisap yang sangat kuat dan digunakan dalam ritual.
Daniel Contreras menduga tabung-tabung tersebut berfungsi sebagai alat inhalasi, yang memungkinkan tembakau hisap dan zat psikoaktif lain disedot melalui hidung selama ritual. Menariknya, tabung-tabung dari tulang burung, mungkin dari sayap elang peregrine, ditemukan terkonsentrasi di area terbatas dalam situs Chavín yang hanya dapat diakses oleh beberapa orang saja.
Keberadaan artefak tersebut di ruang-ruang dengan akses terbatas ini menunjukkan bahwa penggunaan narkoba dan zat psikoaktif dikontrol ketat dan mungkin hanya diperbolehkan bagi kalangan elit tertentu saja. Hal ini memperlihatkan bagaimana penggunaan zat psikoaktif bukan sekadar ritual biasa, tetapi juga menjadi simbol status sosial dan alat penguat hierarki sosial pada masa itu.
Kontrol ketat terhadap penggunaan obat-obatan psikoaktif ini diyakini membantu menjelaskan perubahan sosial yang besar di wilayah Andes kuno, dari masyarakat yang relatif egaliter menjadi masyarakat yang lebih hierarkis, seperti yang terlihat pada Kekaisaran Tiwanaku, Wari, dan Inca.
Meskipun penelitian ini memberikan bukti langsung pertama tentang penggunaan narkoba dalam ritual di Chavín, para ahli masih menilai perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk benar-benar memahami peran penting zat psikoaktif tersebut dalam kehidupan dan struktur sosial masyarakat Andes kuno.
Penemuan ini tidak hanya memperkaya pemahaman tentang kehidupan spiritual dan sosial masyarakat pra-Inca, tetapi juga menambah wawasan arkeologi mengenai bagaimana zat-zat psikoaktif digunakan secara terorganisir dalam konteks ritual keagamaan yang mendalam.
Selain itu, studi ini membuka pertanyaan tentang hubungan antara penggunaan narkoba ritual dan perkembangan kekuasaan serta pembentukan kelas elit di peradaban kuno, khususnya di kawasan Andes yang kaya sejarah dan budaya.
Dengan penemuan ini, kita semakin mengerti bagaimana warisan budaya kuno memiliki dimensi kompleks yang tidak hanya terkait dengan seni dan arsitektur, tetapi juga dengan praktik sosial dan spiritual yang melibatkan substansi alamiah berkhasiat psikoaktif.
Para peneliti berharap temuan ini dapat memacu studi lebih lanjut yang menggabungkan analisis kimia, arkeologi, dan antropologi untuk menyingkap misteri kehidupan kuno di Andes serta peran narkoba dalam dinamika sosial dan ritual keagamaan mereka.