Rahasia Kursi Pesawat Paling Aman di Tengah Kecelakaan: Studi dan Fakta Menarik
Tanggal: 2 Jan 2025 05:23 wib.
Penghujung tahun 2024 diwarnai dengan insiden kecelakaan maut Jeju Air, maskapai penerbangan asal Korea Selatan, yang menewaskan 179 orang. Hanya ada dua orang yang selamat dari insiden tragis tersebut, keduanya merupakan awak kabin, yang duduk di bagian belakang, menurut laporan Korea Herald.
Bicara soal kecelakaan pesawat, studi menemukan lokasi kursi pesawat yang paling aman ketika dalam keadaan emergency. Investigasi TIME yang mengamati data kecelakaan pesawat selama 35 tahun menemukan bahwa area kursi tengah yang terletak di bagian paling belakang pesawat memiliki tingkat kematian terendah, yakni 28 persen. Sementara itu, kursi lorong di barisan tengah pesawat dekat sayap memiliki risiko kematian tertinggi, yakni tingkat kematian 44 persen.
Mengapa kursi tengah di barisan belakang pesawat paling aman dalam kondisi darurat? Ahli penerbangan di Central Queensland University, Doug Drury mengungkapkan bahwa data TIME tersebut sangat masuk akal.
Duduk di dekat pintu keluar akan memberi penumpang jalur penyelamatan tercepat dalam keadaan darurat, asalkan tidak ada api. Namun, sayap pesawat menyimpan bahan bakar sehingga kursi yang berada di dekat sayap bukanlah opsi teraman.
Saat kondisi darurat, penumpang kelas bisnis yang ditempatkan di bagian depan pesawat disebut akan terkena dampak terlebih dulu sebelum penumpang lain yang berada di belakang.
Alasan mengapa kursi tengah lebih aman daripada kursi jendela atau lorong karena terdapat buffer berupa penumpang lain di kedua sisinya. Selain letak kursi penumpang, jenis pesawat juga diklaim dapat mempengaruhi keadaan darurat.
Umumnya, pesawat dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki lebih banyak material struktural sehingga lebih kuat untuk menahan tekanan di ketinggian. Dengan demikian, pesawat besar dapat memberikan perlindungan tambahan dalam keadaan darurat, meskipun pada akhirnya semuanya sangat bergantung pada tingkat keparahan keadaan darurat.
Tak hanya itu, jenis keadaan darurat juga diklaim dapat menentukan kelangsungan hidup para penumpang dan awak kabin. Pesawat yang menabrak gunung disebut memiliki peluang keselamatan penumpang terkecil, seperti tragedi Air New Zealand TE 901 yang menabrak lereng Gunung Erebus di Antartika dan menewaskan 257 penumpang serta awak kabin.
Sementara itu, pesawat yang terjatuh di laut dengan posisi 'hidung' pesawat terlebih dahulu juga diklaim mengurangi peluang untuk bertahan hidup, seperti insiden Air France Penerbangan 447 pada 2009 yang menewaskan 228 penumpang dan awak kabin.
Maka dari itu, para pilot dilatih untuk meminimalkan potensi risiko dalam keadaan darurat sebaik mungkin. Mereka akan berusaha menghindari menabrak gunung dan mencari pendaratan tempat yang datar, seperti lapangan terbuka untuk mendarat senormal mungkin.