Sumber foto: Google

Pilih Hidup di Penjara Lansia Jepang Rela Bayar Agar Tidak Kesepian

Tanggal: 26 Jan 2025 22:47 wib.
Fenomena unik terjadi di Jepang, di mana sejumlah narapidana lansia memilih untuk tetap tinggal di penjara daripada hidup sendiri di luar. Keputusan ini tidak hanya dipicu oleh alasan hukum, tetapi juga oleh rasa kesepian yang dirasakan oleh mereka yang telah menua tanpa keluarga atau dukungan sosial yang memadai. Beberapa lansia bahkan rela membayar sejumlah uang untuk tetap berada di balik jeruji besi demi menghindari hidup yang sunyi di luar penjara.

Penjara Wanita Tochigi, yang terletak di wilayah utara Jepang, menjadi tempat yang menyimbolkan fenomena ini. Di penjara ini, para narapidana lansia merasakan perlakuan yang sangat berbeda dibandingkan dengan narapidana lainnya. Bagi mereka, penjara bukan lagi sekadar tempat hukuman, melainkan seperti panti jompo yang menyediakan layanan perawatan lansia.

Menurut Takayoshi Shiranag, petugas Penjara Wanita Tochigi, sejumlah narapidana lansia rela membayar sekitar Rp 2-3 juta untuk tetap tinggal di penjara. Ini adalah jumlah yang cukup besar, mengingat penghasilan rata-rata seorang lansia di Jepang tidaklah tinggi. Namun, bagi mereka, uang tersebut sebanding dengan kenyamanan dan rasa aman yang mereka peroleh di balik jeruji besi.

“Di penjara, mereka tidak hanya mendapatkan tempat tinggal, tetapi juga perawatan medis, makanan, dan bantuan sehari-hari seperti berjalan, makan, dan mandi,” ujar Shiranag. “Untuk mereka, lebih baik hidup di sini daripada merasa kesepian di luar sana.”

Keputusan para lansia untuk memilih penjara sebagai tempat tinggal ini sangat dipengaruhi oleh fenomena kesepian yang semakin marak di Jepang, sebuah negara dengan populasi lansia terbesar di dunia. Menurut data dari pemerintah Jepang, lebih dari 30% dari total populasi Jepang berusia 65 tahun ke atas, dan banyak dari mereka hidup sendirian. Tanpa keluarga yang dekat, mereka merasa terisolasi dan tidak memiliki tempat yang aman untuk tinggal.

Penjara wanita Tochigi menyediakan fasilitas yang sangat mendukung bagi para lansia. Petugas penjara membantu mereka dengan aktivitas sehari-hari yang mungkin sulit mereka lakukan sendiri, seperti makan, mandi, dan mengonsumsi obat-obatan. Kondisi ini menciptakan rasa aman dan nyaman yang sulit ditemukan di luar penjara, di mana banyak lansia yang merasa terabaikan dan kesepian.

Fenomena ini tentunya menimbulkan berbagai tanggapan di masyarakat. Beberapa orang memandang hal ini sebagai bukti dari ketidakmampuan sistem sosial untuk memberikan dukungan yang memadai bagi lansia, sementara yang lain melihatnya sebagai salah satu bentuk keberhasilan sistem penjara yang bisa menyediakan pelayanan yang lebih baik bagi lansia dibandingkan panti jompo.

Namun, para ahli mengingatkan bahwa fenomena ini mengungkapkan masalah mendalam yang dihadapi oleh masyarakat Jepang terkait dengan ketergantungan lansia pada sistem perawatan formal. Tidak seharusnya penjara menjadi alternatif bagi para lansia yang membutuhkan perawatan. Pemerintah Jepang mulai merespon dengan upaya untuk memperbaiki sistem perawatan lansia di luar penjara, tetapi tantangan untuk menyediakan layanan yang memadai tetap besar.

Melihat tren ini, banyak pihak yang berpendapat bahwa Jepang perlu lebih banyak menyediakan fasilitas sosial dan kesehatan yang ramah lansia. Penjara, meskipun memberikan tempat tinggal dan perawatan, bukanlah solusi ideal untuk masalah kesepian dan perawatan lansia. Oleh karena itu, upaya lebih lanjut diperlukan untuk menciptakan sistem sosial yang dapat mendukung kualitas hidup lansia tanpa harus mengorbankan kebebasan mereka.

Dengan meningkatnya jumlah lansia yang merasa kesepian dan terisolasi, peran masyarakat dan pemerintah sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung bagi lansia di Jepang.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved