Perdana di Dunia! BMKG Ungkap Bandara YIA Tahan Gempa M8,7
Tanggal: 10 Jul 2024 21:15 wib.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati telah mengungkapkan sebuah fakta yang mengejutkan mengenai Bandara Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA). Dikatakannya bahwa YIA adalah satu-satunya bandara di dunia yang telah disiapkan untuk menghadapi gempa berkekuatan besar. Ungkapan ini disampaikan pada saat Rakor Peningkatan Upaya Mitigasi dan Peringatan Dini Bahaya Gempa Bumi dan Tsunami di Kawasan Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) pada Jumat (5/7/2024).
Menurut Dwikorita, Bandara Yogyakarta ini merupakan satu-satunya bandara di dunia yang telah disiapkan dan didesain untuk bertahan dari guncangan gempa megathrust dengan Magnitudo 8,7 serta aman dari tsunami yang dipicu oleh gempa megathrust. Hal ini diutarakan dalam keterangan resmi yang dikutip pada Rabu (10/7/2024). Tidak hanya itu, Bandara YIA yang berlokasi di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga dilengkapi dengan crisis center yang dapat menjadi Tempat Evakuasi Sementara jika terjadi tsunami. Kapasitas pusat krisis tersebut bahkan mampu menampung 2.000 orang. Selain itu, terminal bandara yang terdiri dari level mezanine hingga lantai 2 juga telah disiapkan sebagai tempat evakuasi dengan kapasitas hingga 10.000 orang.
Dengan kata lain, jika pengguna bandara dan masyarakat setempat merasakan guncangan gempa bumi atau mendapatkan peringatan dini tsunami, mereka dapat langsung menuju crisis center atau naik ke terminal di lantai mezanine atau lantai 2. Seluruh kesiapan infrastruktur ini merupakan kontribusi penting dari Bandara Yogyakarta kepada masyarakat sekitarnya, serta pengguna bandara, dalam menghadapi ancaman gempa megathrust dan tsunami.
Lebih lanjut, Dwikorita menegaskan bahwa Bandara YIA telah diakui oleh the 57th session of the Executive Council di UNESCO Paris sebagai satu-satunya contoh infrastruktur kritis yang siap menghadapi tsunami. Selain YIA, Bandara Ngurah Rai juga telah disiapkan untuk kondisi Tsunami Ready. Dalam hal ini, BMKG berharap agar kesiapan yang ditunjukkan oleh kedua bandara ini dapat menjadi contoh bagi hotel-hotel di sekitar bandara untuk segera menyiapkan sistem mitigasi dan peringatan dini tsunami dengan dukungan dari BMKG dan BPBD. Pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan dan keselamatan masyarakat serta wisatawan, sekaligus memperkuat ketahanan sosial ekonomi terhadap ancaman gempa dan tsunami di kawasan tersebut.
Dalam konteks memperkuat mitigasi dan pengurangan risiko bencana, Dwikorita menekankan pentingnya keterlibatan pihak swasta dalam upaya tersebut. Baginya, mitigasi dan pengurangan risiko bencana merupakan investasi jangka panjang yang harus dipersiapkan oleh dunia usaha guna menjaga keberlanjutan usaha mereka. Demi menjaga keberlanjutan ini, keterlibatan aktif sektor swasta dalam manajemen risiko bencana sangat diperlukan.
Suci Dewi Anugrah, Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami, juga menambahkan bahwa sektor swasta harus dilibatkan secara aktif dalam upaya mitigasi gempa bumi dan tsunami. Langkah awal yang dapat dilakukan oleh manajemen hotel adalah melakukan identifikasi indikator tsunami ready yang ditetapkan oleh The Intergovernmental Oceanographic Commission of UNESCO (IOC/UNESCO). Selain itu, hotel juga perlu melakukan assessment terkait struktur bangunan, jumlah pengunjung, SOP kedaruratan, serta metadata aset.
Terkait upaya penguatan aksi mitigasi untuk membangun ketahanan serta ketangguhan sosial dan ekonomi, diharapkan hotel-hotel di kawasan rawan gempa bumi dan tsunami dapat meningkatkan kapasitas mereka dengan melakukan tsunami drill tanpa menunggu program dari BMKG atau instansi lain. Kolaborasi dengan masyarakat dan stakeholder lainnya juga diharapkan dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kesiapsiagaan akan ancaman gempa dan tsunami di kawasan tersebut.