Penemu Teori Kalender Setahun 365 Hari yang Tak Disangka
Tanggal: 14 Jul 2024 09:20 wib.
Penetapan hari dan dalam satu tahun kalender yang digunakan saat ini sebenarnya telah diterapkan oleh bangsa Arab di Timur Tengah, tepatnya pada era Mesir kuno. Dalam satu tahun kalender yang dikenal saat ini berjumlah 365 hari. Jumlah itu merupakan hasil pembulatan dari waktu Bumi untuk mengorbit Matahari, yaitu selama 365,242190 hari atau 365 hari 5 jam 48 menit 56 detik.
Seorang ilmuwan Muslim asal Suriah, Abu Abdullah Muammad ibnu Jabir ibn Sinan al-Raqqi al-Harrani as-Sabi al-Battani atau dikenal secara global dengan nama Al-Battani, memiliki peran besar dalam penemuan teori tentang kalender setahun yang terdiri dari 365 hari. Lahir pada tahun 858 dan wafat di Iraq pada 929, Al-Battani dikenal sebagai astronom dan matematikawan di tanah Arab. Namanya dikenal di literatur Latin dengan sebutan Albategnius, Albatenius, atau Albategni.
Selain kontribusi tersebut, Al-Battani berhasil menyempurnakan perhitungan astronomi Ptolomeus dengan mengganti metode geometri dengan trigonometri. Dengan keahliannya sebagai seorang astronom, ia juga berhasil menyempurnakan nilai-nilai yang ada untuk panjang tahun dan musim untuk presisi tahunan ekuinoks dan untuk inklinasi ekliptika. Ia juga menunjukkan bahwa titik terjauh dari Bumi bervariasi dan gerhana Matahari annular mungkin terjadi.
Salah satu karya terkenal Al-Battani adalah Kitab al-Zij atau Kitab Astronomi yang memiliki 57 bab, salah satunya membahas mengenai teori 1 tahun. Dalam kitab itu, ia memperkirakan panjang tahun adalah 365 hari 5 jam 48 menit dan 24 detik, dengan kesalahan sedikit kurang dari tujuh per seratus persen. Al-Battani juga menentukan ulang waktu ekuinoksnya, yang memungkinkannya untuk membuat estimasi waktu yang lebih baik, yakni 365 hari 5 jam 46 menit dan 24 detik.
Karya Al-Battani, Zij, mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke-2 oleh bangsa Eropa. Salah satu penerjemah terkenal ialah Roberts asal Chester. Versi Latin yang masih dicetak pada 1537 oleh Plato dari Nuremberg dengan judul "De motu stellarum", yang artinya tentang gerak bintang.
Metode penghitungan hari Al-Battani menjadi solusi yang diterapkan oleh orang Mesir dalam mengatasi kesulitan ketidakcocokan antara tahun lunar dan solar, di mana skema 365 hari dibagi menjadi 3 musim yang masing-masing terdiri dari 4 bulan, dan masing-masing bulan terdiri atas 30 hari. Hal ini memberikan solusi yang praktis dalam penyusunan kalender dan perencanaan kegiatan sehari-hari.
Sebagai seorang ilmuwan Muslim pada masa lalu, Al-Battani memainkan peran penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam astronomi dan matematika. Penemuan dan karya-karya Al-Battani membantu dalam memahami dan merumuskan sistem penghitungan waktu yang digunakan secara luas hingga saat ini.
Terlepas dari latar belakang keilmuannya yang terbilang jauh di masa lalu, kontribusi Al-Battani membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak mengenal batas agama atau ras. Sebagai seorang ilmuwan Muslim, Al-Battani telah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan ilmu pengetahuan global. Keberadaan dan karya-karyanya telah memberikan dampak yang signifikan dalam memahami alam semesta dan dalam pengembangan peradaban manusia.