Pedagang Pasar Kecam Miftah yang Hina Penjual Es Teh
Tanggal: 6 Des 2024 21:23 wib.
Sebuah insiden memalukan terjadi yang melibatkan Pendakwah Miftah Maulana yang juga menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Insiden ini menimbulkan kemarahan di kalangan pedagang pasar dan masyarakat umum. Tindakan tersebut telah dikutuk oleh Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI).
"Sebagai figur publik sekaligus pejabat yang seharusnya menjadi teladan, ucapan seperti itu sungguh disayangkan. Pedagang kaki lima adalah kelompok yang bekerja keras demi menghidupi keluarga mereka," ujar Mansuri Ketua Umum IKAPPI.
Miftah Maulana dikecam karena menggunakan kata-kata hinaan terhadap seorang penjual es teh di salah satu pasar tradisional. Video yang menunjukkan tindakan tersebut viral di media sosial dan menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Dalam video tersebut, Miftah Maulana terlihat merasa kesal karena mencoba membeli es teh namun penjualnya tidak mengetahui harga.
IKAPPI mengecam tindakan Miftah Maulana sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan martabat pekerja. Organisasi ini menyatakan bahwa setiap orang, termasuk para pedagang pasar, berhak diperlakukan dengan menghormati dan tidak boleh dihina. Selain itu, tindakan Miftah Maulana juga dianggap sebagai penyalahgunaan kekuasaan karena menyalahgunakan posisinya sebagai utusan khusus presiden.
Sebagai organisasi yang menjadi wadah bersama para pedagang pasar, IKAPPI menekankan pentingnya menghormati martabat setiap individu, terlebih lagi para pedagang yang menjalankan usaha mereka dengan susah payah untuk mencari nafkah. Peristiwa ini juga menjadi peringatan bagi semua pihak, termasuk pejabat pemerintah, untuk tidak semena-mena terhadap siapapun, terlebih lagi terhadap para pedagang kecil seperti penjual es teh tersebut.
Menanggapi kecaman dari IKAPPI, Miftah Maulana telah meminta maaf secara terbuka atas tindakannya. Dia mengakui kesalahannya dan berjanji untuk belajar dari insiden tersebut. Namun, permintaan maaf tersebut tidak serta merta meredakan kemarahan dari IKAPPI dan masyarakat umum. Beberapa pihak menuntut tindakan lebih lanjut sebagai bentuk tanggapan atas perlakuan yang dianggap mencoreng citra sebagai utusan khusus presiden.
Insiden ini juga menjadi sorotan terhadap sikap elitisme yang seringkali muncul di kalangan pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat. Perlakuan merendahkan terhadap para pedagang atau pekerja kecil harus menjadi peringatan bahwa setiap individu perlu dihargai tanpa pandang bulu. Hal ini juga mencerminkan betapa pentingnya pendidikan dan kesadaran akan perlakuan yang adil dan menghormati hak asasi manusia.
IKAPPI sebagai wadah para pedagang pasar Indonesia, terus mengawal perkembangan kasus ini dan menekankan pentingnya penegakan keadilan. Mereka menyerukan agar tindakan semacam ini tidak terulang di masa mendatang dan menekankan pentingnya pembinaan kesadaran akan hak asasi manusia di kalangan semua lapisan masyarakat. Semoga insiden ini dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghormati setiap individu, terlebih lagi para pekerja kecil yang juga berperan penting dalam perekonomian Indonesia.
Dengan demikian, kecaman yang dilontarkan oleh IKAPPI terhadap tindakan Miftah Maulana menjadi sebuah bentuk sikap tegas dalam menegakkan keadilan dan menghormati hak asasi manusia. Semoga insiden ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk menghargai dan menghormati setiap individu tanpa melihat status sosial atau profesi.