Sumber foto: Tribunnews.com

Pasar Wulandoni, Pasar Barter di NTT

Tanggal: 5 Apr 2024 08:46 wib.
Pasar tradisional memiliki daya tarik tersendiri dalam masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT). Salah satu pasar tradisional yang unik adalah Pasar Wulandoni, atau yang lebih dikenal sebagai pasar barter. Pasar ini terletak di Desa Wulandoni, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, NTT. Meskipun tengah berada di era modernisasi, pasar ini tetap mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya, khususnya dalam hal perdagangan dengan sistem barter.

Sejarah pasar Wulandoni sangatlah kaya. Pasar ini telah ada sejak tahun 1837, menjadikannya sebagai salah satu pasar barter tertua di wilayah NTT. Keunikan dari pasar ini terletak pada tradisi tiupan peluit panjang yang menandai dimulainya proses tukar-menukar barang. Hal ini menarik perhatian banyak orang, baik dari dalam maupun luar daerah. Pengunjung pasar berasal dari berbagai latar belakang, baik dari pesisir maupun pegunungan, serta dari berbagai agama yang berbeda. Keharmonisan antar pengunjung dari latar belakang yang berbeda inilah yang membuat pasar Wulandoni menjadi sangat istimewa.

Pasar barter Wulandoni tak hanya menjadi tempat untuk berdagang, namun juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan antar pengunjung. Di sini, perbedaan agama dan latar belakang tidak menjadi penghalang untuk saling bertegur sapa dan berinteraksi. Para pengunjung dari pesisir yang mayoritas beragama Islam dapat dengan hangat menerima kedatangan para pengunjung dari pegunungan yang mayoritas beragama Katolik. Semangat persaudaraan inilah yang menjadi salah satu daya tarik besar dari pasar Wulandoni.

Selain sebagai tempat untuk berdagang dan mempererat tali persaudaraan, pasar Wulandoni juga memiliki beberapa keunikan lain. Salah satunya adalah sistem pembayaran retribusi yang dilakukan oleh petugas pasar. Retribusi ini berupa barang-barang yang mereka jual, sesuai dengan kesediaan hati penjualnya, dan dikumpulkan untuk dana desa. Hal ini menunjukkan kepedulian pasar Wulandoni terhadap kebutuhan masyarakat sekitar, serta kontribusinya dalam pembangunan dan pengembangan desa.

Meskipun pasar Wulandoni memiliki keunikan tradisional yang kental, namun ternyata pasar ini juga tetap beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pasar ini hanya buka setiap hari Sabtu, dari jam 09.00 hingga 11.00 siang. Keputusan ini diambil mengingat barang-barang yang dibawa untuk dijual dan yang ingin mereka beli jumlahnya memang secukupnya saja, sehingga waktu operasional pasar pun disesuaikan, menambah nuansa eksklusifitas dan kekhasan dari pasar ini.

Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, pasar tradisional seringkali dianggap ketinggalan zaman. Namun, pasar Wulandoni membuktikan bahwa keberadaan pasar tradisional tidaklah tergerus oleh perkembangan zaman. Pasar ini tetap mempertahankan budaya barter yang telah ada sejak ratusan tahun silam, sambil tetap beradaptasi dengan kebutuhan dan tuntutan zaman yang terus berubah.

Hal ini menjadi bukti bahwa pasar tradisional memiliki tempat tersendiri dalam kehidupan masyarakat, tidak hanya sebagai tempat berdagang, tetapi juga sebagai penjaga kearifan lokal dan keberagaman budaya. Salvage: 444kata
Copyright © Tampang.com
All rights reserved