Ngecek LPG 3 Kg, Bahlil di Gas Warga, Juga Minta Maaf ada Warga Sampai Meninggal
Tanggal: 5 Feb 2025 09:19 wib.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia turun langsung ke lapangan untuk mengecek ketersediaan LPG 3 kg di beberapa wilayah. Dalam inspeksi tersebut, ia mendapat berbagai keluhan dari warga yang kesulitan mendapatkan gas melon tersebut. Bahkan, dalam salah satu momen, Bahlil sempat “di-gas” oleh warga yang mempertanyakan kebijakan terkait distribusi LPG bersubsidi ini.
Kritik dari masyarakat semakin tajam setelah adanya laporan bahwa seorang warga di Pamulang Barat meninggal dunia diduga karena kelelahan mencari LPG 3 kg yang langka di pasaran. Merespons kejadian tersebut, Bahlil menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga korban dan masyarakat luas.
"Saya ingin menyampaikan permohonan maaf atas adanya warga yang sampai meninggal karena kesulitan mendapatkan LPG 3 kg. Ini menjadi perhatian serius bagi kami," ujar Bahlil dalam pernyataan resminya pada Selasa (4/2/25).
Sebagai langkah cepat, pemerintah akhirnya mengizinkan kembali pengecer untuk menjual LPG 3 kg, tetapi dengan aturan baru. Kini, pengecer harus berstatus sebagai sub pangkalan resmi di bawah Pertamina Patra Niaga.
Dengan aturan ini, pengecer akan terdaftar dalam sistem aplikasi resmi tanpa dikenakan biaya pendaftaran. Langkah ini diambil untuk memastikan distribusi LPG 3 kg lebih terstruktur dan harga tetap terkendali di tingkat pengecer.
"Kami tidak ingin ada permainan harga. Dengan sistem ini, pengecer tetap bisa menjual LPG, tetapi mereka harus terdaftar sebagai sub pangkalan resmi agar distribusi lebih tertata dan harga tetap sesuai ketentuan," jelas Bahlil.
Dalam kunjungannya ke beberapa lokasi, Bahlil mendapat banyak keluhan dari warga terkait harga LPG 3 kg yang melonjak hingga Rp30 ribu per tabung, jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) yang seharusnya berkisar Rp18 ribu – Rp19 ribu.
Warga menilai kebijakan sebelumnya yang melarang pengecer menjual LPG 3 kg justru memperparah situasi, karena masyarakat kecil yang biasa membeli di warung harus mencari gas ke pangkalan resmi yang jaraknya lebih jauh.
"Kami ini ibu rumah tangga, biasa beli gas di warung depan rumah, tapi kemarin harus muter-muter cari gas sampai capek. Ada yang jual mahal, ada juga yang stoknya habis," ujar seorang warga saat berdialog dengan Bahlil.
Menanggapi hal ini, Bahlil menegaskan bahwa dengan kebijakan baru, masyarakat tidak perlu lagi kesulitan mencari LPG 3 kg, karena pengecer tetap diperbolehkan menjualnya asalkan terdaftar sebagai sub pangkalan.
Selain memperbaiki distribusi, pemerintah juga terus mengupayakan agar subsidi LPG 3 kg benar-benar tepat sasaran. Salah satu langkah yang sedang dikembangkan adalah pendataan penerima subsidi berbasis sistem digital agar gas bersubsidi hanya digunakan oleh masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Kesimpulannya, pemerintah kini berupaya menata ulang distribusi LPG 3 kg, memperbolehkan pengecer berjualan kembali sebagai sub pangkalan, serta menjamin harga yang lebih stabil. Namun, kejadian tragis yang menimpa warga Pamulang menjadi pengingat bahwa kebijakan harus dibuat dengan mempertimbangkan dampaknya di lapangan.