Misteri Kapur Barus dalam Al-Qur’an: Jejak Perdagangan Arab dan Awal Mula Islam di Indonesia
Tanggal: 28 Jun 2025 09:41 wib.
Indonesia dikenal sebagai negeri tropis yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk tanaman-tanaman herbal yang memiliki manfaat luar biasa. Salah satu tanaman yang menarik perhatian adalah kapur barus atau kamper. Siapa sangka, tanaman yang satu ini bukan hanya sekadar bahan pewangi alami, tetapi juga disebut dalam kitab suci Al-Qur’an, tepatnya pada Surat Al-Insan ayat ke-5.
Ayat tersebut berbunyi bahwa Allah akan memberikan minuman bercampur air kafur kepada orang-orang yang berbuat kebajikan. Namun, penting dipahami bahwa kamper yang dimaksud bukanlah kamper sintetis berwujud bola-bola kecil yang biasa digunakan sebagai pengusir serangga. Kamper modern itu adalah hasil sintesis kimia dari senyawa bernama Naphtalene (C10H8), bukan dari tumbuhan asli.
Kamper dalam Al-Qur’an: Apa Sebenarnya?
Kamper yang dimaksud dalam Al-Qur’an adalah tanaman alami bernama Dryobalanops aromatica. Tanaman ini tumbuh subur di hutan-hutan tropis dan dikenal dengan aroma kuat serta manfaat kesehatan yang tinggi. Yang menarik, tanaman ini bukanlah flora asli Timur Tengah, sehingga masyarakat Arab kala itu harus mencarinya ke tempat lain.
Pencarian ini membawa mereka ke wilayah Timur yang misterius dan jauh: kepulauan Indonesia, tepatnya di daerah Sumatera Utara. Di sinilah cerita menarik mengenai jejak perdagangan dan penyebaran agama Islam bermula.
Barus, Sumatera: Negeri Kapur Barus yang Mendunia
Dalam catatan sejarah, Barus (dulu dikenal sebagai Fansur) menjadi pusat produksi kapur barus berkualitas tinggi. Bahkan, sejarawan-sejarawan dari berbagai zaman mencatat keberadaan wilayah ini:
Edward McKinnon, dalam Ancient Fansur, Aceh's Atlantis (2013), menjelaskan bahwa jalur perdagangan Arab membawa mereka ke Barus demi mendapatkan pasokan kapur barus.
Ibn Al-Faqih, seorang pedagang Arab pada tahun 902 M, mencatat bahwa Fansur adalah produsen utama kapur barus, pala, cengkeh, dan kayu cendana.
Ibn Sa’id al-Magribi, ahli geografi abad ke-13, juga menyebutkan asal muasal kamper sebagai dari Pulau Sumatera.
Bahkan Ptolemy, ahli geografi dari Romawi pada abad ke-1 M, telah mencatat nama Barus dalam catatannya.
Dengan informasi ini, jelas bahwa Barus bukan wilayah biasa. Ia adalah pelabuhan strategis yang sejak ribuan tahun silam menjadi jalur penting perdagangan internasional.
Jalur Panjang Kapur Barus: Dari Persia ke Sumatera
Para pedagang Arab melakukan perjalanan panjang dari Teluk Persia, melewati Ceylon (kini Sri Lanka), sebelum akhirnya tiba di Pantai Barat Sumatera. Mereka membawa kapal besar berisi banyak muatan kapur barus karena harganya sangat tinggi di pasar dunia. Kapur barus asal Barus bahkan dikenal lebih unggul kualitasnya dibandingkan produk sejenis dari Malaya atau Kalimantan.
Tak hanya sebagai komoditas bernilai tinggi, kapur barus juga menjadi pintu masuk Islamisasi di Nusantara.
Kapur Barus dan Awal Mula Penyebaran Islam di Indonesia
Kehadiran pedagang Arab di Barus tidak semata karena bisnis. Mereka juga membawa serta ajaran Islam. Barus pun menjadi salah satu pintu masuk pertama Islam di Indonesia, selain Thobri (Lamri) dan Haru. Di daerah Barus, terdapat kompleks makam kuno Mahligai yang menyimpan nisan dari abad ke-7 Masehi—sebuah bukti arkeologis kuat bahwa Islam sudah hadir di sana sejak masa-masa awal.
Dari sinilah muncul teori bahwa Islam masuk ke Indonesia pertama kali melalui jalur barat, tepatnya di wilayah Barus. Meskipun masih ada perdebatan seputar teori ini, fakta menunjukkan bahwa interaksi antara pedagang Muslim dan masyarakat lokal telah membentuk jaringan perdagangan dan penyebaran agama yang luas.
Jejak Sejarah yang Terlupakan?
Sayangnya, meskipun kapur barus dan Barus memiliki peran penting dalam sejarah, banyak masyarakat Indonesia masa kini tidak mengenalnya. Padahal, wilayah ini pernah menjadi pelabuhan internasional yang sangat sibuk dan dikenal hingga ke dunia Arab serta Romawi. Tak hanya itu, tanaman kapur barus juga memiliki nilai spiritual dan historis tinggi, karena disebut dalam Al-Qur’an dan menjadi alasan masuknya pengaruh Islam di Tanah Air.
Tanaman Suci yang Menyatukan Bangsa
Kisah kapur barus tidak hanya menggambarkan kekayaan alam Indonesia, tetapi juga menegaskan betapa pentingnya peran wilayah Nusantara dalam sejarah global. Dari ayat suci Al-Qur’an hingga jejak dagang lintas benua, kapur barus adalah bukti nyata bahwa Indonesia sudah memainkan peran besar dalam peradaban dunia sejak lama.
Kini saatnya kita kembali mengenali dan menghargai warisan sejarah yang pernah menjadikan Indonesia sebagai poros perdagangan dan peradaban Islam.