Menyambut Tahun Baru Islam dari Luar Angkasa: Kisah Menyentuh Astronaut Muslim dan Foto Bulan Sabit Pertama Hijriah
Tanggal: 30 Jun 2025 10:07 wib.
Pada tanggal 19 Juli 2023, sebuah momen bersejarah terjadi di luar angkasa. Seorang astronaut muslim asal Uni Emirat Arab (UEA), Sultan Al-Neyadi, merayakan Tahun Baru Islam dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) dengan cara yang sangat istimewa dan menyentuh hati. Dalam perayaan tersebut, Al-Neyadi mengambil foto bulan sabit pertama yang menandai awal tahun Hijriah dan menyampaikannya kepada seluruh umat Muslim di Bumi sebagai simbol harapan dan doa.
Melalui akun Twitternya, Al-Neyadi menyampaikan ucapan selamat Tahun Baru Islam dalam bahasa Arab, lengkap dengan doa yang tulus. Ia memohon kepada Allah agar memberkahi negaranya, UEA, seluruh umat Muslim, dan semua orang di dunia. Ungkapan sederhana ini mencerminkan rasa spiritualitas yang mendalam meski berada jauh dari permukaan Bumi.
"Pada hari ini kita memulai tahun baru Hijriah. Saya memohon kepada Allah untuk memberkahi negara kami, UEA, semua umat muslim, dan seluruh dunia. Selamat tahun baru," tulis Al-Neyadi dalam tweet-nya.
Tidak hanya sekadar ucapan, ia juga menyertakan foto mengagumkan dari permukaan Bumi yang disinari cahaya malam. Gambar tersebut diambil dari ISS, memberikan perspektif luar biasa akan keindahan planet yang kita huni. Kemudian, ia mengunggah cuitan lanjutan dalam bahasa Inggris yang mengandung pesan filosofis mengenai makna tahun baru.
"Dengan datangnya tahun baru Hijriah, saya ingin mengingatkan bahwa setiap momen merupakan senja dari permulaan yang baru, peluang untuk tumbuh dan menjelajah. Semoga tahun kalian penuh berkah, kebahagiaan, dan penemuan hal-hal baru," tulisnya dalam bahasa Inggris.
Rangkaian pesan inspiratif ini diakhiri dengan potret bulan sabit pertama dari tahun Hijriah yang diambil langsung dari luar angkasa. Sebuah simbol spiritual yang indah dan penuh makna.
“Bulan sabit tahun baru Hijriah dari International Space Station. Semoga tahun kamu semanis keindahan pemandangan ini,” tuturnya.
Al-Neyadi bukan hanya memperingati Tahun Baru Islam. Selama masa tugasnya di luar angkasa yang berlangsung selama enam bulan, ia juga turut memperingati momen keagamaan lainnya, termasuk Iduladha dan ibadah haji. Pada tanggal 26 Juni 2023, saat para jemaah haji mulai melakukan wukuf di Arafah, ia membagikan potret Kota Makkah dari luar angkasa. Foto itu diunggah bersamaan dengan refleksi spiritual tentang makna Hari Arafah.
"Hari ini adalah Hari Arafah, sebuah hari penting dalam ibadah Haji. Ini mengingatkan kita bahwa iman bukan hanya tentang keyakinan, tapi juga tercermin dalam tindakan dan refleksi. Semoga momen ini menginspirasi kita semua untuk menumbuhkan cinta, rendah hati, dan persatuan," ujar Al-Neyadi.
Selain itu, ia juga melewati bulan suci Ramadan selama berada di ISS. Meski berpuasa di luar angkasa memiliki tantangan tersendiri karena perbedaan waktu siang dan malam yang ekstrem, Al-Neyadi tetap mencoba menjalankan ibadahnya dengan penuh komitmen. Ia menyatakan bahwa niat spiritual tetap bisa dijaga meski dalam kondisi luar biasa sekalipun.
Pengalaman religius Al-Neyadi menjadi kisah yang menginspirasi banyak orang, membuktikan bahwa nilai-nilai keimanan tetap bisa dijalankan bahkan di luar atmosfer Bumi. Meskipun lingkungan di ISS sangat berbeda dari kehidupan normal di Bumi, ia tetap menunjukkan bagaimana seseorang bisa tetap terhubung dengan spiritualitas dan budaya asalnya.
Al-Neyadi juga mencetak sejarah sebagai salah satu astronaut muslim yang aktif menjalankan misinya di luar angkasa. Sebelumnya, pada tahun 1985, Pangeran Sultan bin Salman Al-Saud dari Arab Saudi telah terlebih dahulu mengukir sejarah dengan menjadi muslim pertama yang terbang ke luar angkasa, dan juga sempat menjalani Ramadan saat misi berlangsung.
Selama misinya di ISS, Al-Neyadi terlibat dalam sekitar 19 eksperimen ilmiah. Topik yang diteliti mencakup berbagai bidang penting seperti radiasi kosmik, gangguan tidur, nyeri punggung di lingkungan gravitasi mikro, serta eksperimen terkait ilmu material. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan serta meningkatkan kualitas hidup manusia di masa depan, baik di Bumi maupun dalam eksplorasi ruang angkasa lebih lanjut.
Kembalinya Al-Neyadi ke Bumi terjadi pada tanggal 4 September 2023. Ia dan tiga astronaut lainnya—Stephen Bowen, Warren Hoburg dari NASA, serta Andrei Fedyaev dari Rusia—mendarat dengan selamat di Samudera Atlantik di lepas pantai Florida. Mereka telah menjalankan tugas di ISS selama enam bulan, menjadikan misi tersebut sebagai pengalaman tak terlupakan yang menggabungkan dedikasi ilmiah, kemanusiaan, dan spiritualitas.
Kisah Al-Neyadi membuktikan bahwa sains dan agama bukanlah dua hal yang bertentangan. Sebaliknya, keduanya bisa berjalan beriringan dan saling memperkaya. Melalui perjalanan spiritualnya dari luar angkasa, Al-Neyadi mengajarkan bahwa iman bisa tetap menyala terang, bahkan ketika seseorang berada ribuan kilometer dari tanah tempat ia dilahirkan.