Sumber foto: Google

Menperin Ungkap Ekspor Batik Melemah, Imbas Impor China?

Tanggal: 4 Okt 2024 14:11 wib.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah mencatat bahwa ekspor batik masih mengalami kontraksi sebesar 8,39% pada kuartal-II 2024. Hal ini menunjukkan bahwa sektor tekstil tengah menghadapi situasi tekanan yang sangat sulit, termasuk produk batik. Menurut Menteri Perindustrian (Menperin), hal ini disebabkan oleh adanya produk-produk impor yang membanjiri pasar dalam negeri.

Ekspor batik yang melemah mengindikasikan bahwa industri batik Indonesia mengalami kesulitan bersaing di pasar internasional. Faktor utama yang dikemukakan adalah tingginya volume impor batik dari China. Dengan standar harga produksi yang lebih rendah, produk batik impor tersebut mampu menekan daya saing batik Indonesia di pasar global. 

Menperin juga menyampaikan langkah-langkah yang akan diambil pemerintah untuk mengatasi situasi ini. Di antaranya adalah dengan mendorong inovasi dan peningkatan kualitas produk batik Indonesia. Pemerintah juga akan terus melakukan promosi global untuk meningkatkan eksposur produk batik dalam negeri di pasar luar.

Di sisi lain, pelaku industri tekstil dan batik di Indonesia diharapkan untuk terus berinovasi, meningkatkan desain, dan memperbaiki kualitas produk. Selain itu, kerja sama antara pemerintah, industri, dan lembaga riset dan pendidikan menjadi kunci dalam meningkatkan daya saing produk batik Indonesia.

Tak hanya itu, peningkatan efisiensi produksi dan penerapan teknologi yang modern juga menjadi fokus utama dalam menghadapi tekanan impor dari China. Dengan memanfaatkan inovasi dan teknologi yang tepat, diharapkan bahwa produk batik Indonesia mampu bersaing dengan produk impor, baik dari segi harga maupun kualitas.

Pemerintah juga sedang mengkaji perlunya peningkatan pajak impor terhadap produk tekstil, termasuk batik, dari China. Langkah ini diharapkan mampu melindungi industri batik dalam negeri dari impor barang-barang sejenis yang dapat merusak daya saing produk dalam negeri.

Situasi tekanan yang dihadapi oleh industri tekstil, termasuk produk batik, memang tidak bisa dianggap enteng. Namun, dengan berbagai langkah yang diambil baik oleh pemerintah maupun pelaku industri, diharapkan bahwa ekspor batik Indonesia dapat kembali mengalami pertumbuhan yang positif. Dukungan penuh dari pemerintah, inovasi produk, peningkatan kualitas, serta penerapan teknologi modern menjadi kunci utama dalam menghadapi situasi ini.

Dengan berbagai upaya yang dilakukan secara bersama-sama, diharapkan bahwa industri batik Indonesia mampu bangkit dari tekanan yang ada dan kembali meraih prestasi di pasar global. Hal ini tentu akan memberikan dampak positif, baik bagi perekonomian nasional maupun bagi para pelaku usaha di sektor tekstil dan batik.

Dalam menghadapi situasi ini, langkah langkah yang diambil oleh pemerintah dan para pelaku industri sangat krusial untuk menjaga keberlangsungan dan daya saing industri batik Indonesia di pasar global. Diharapkan, sinergi antara pemerintah, industri, dan lembaga riset serta pendidikan dapat menciptakan terobosan-terobosan baru guna menghadapi tantangan ini.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved