Sumber foto: iStock

Mengungkap Sejarah Depok: Dari Singkatan Misterius hingga Warisan Budaya yang Kaya

Tanggal: 23 Jan 2025 09:13 wib.
Depok, sebuah kota satelit yang terletak di selatan Jakarta, kini menjadi rumah bagi sekitar 2 juta penduduk. Kota yang secara administratif termasuk dalam Provinsi Jawa Barat ini memiliki sejarah panjang sebelum mencapai wujudnya seperti sekarang.

Salah satu fakta menarik yang sering terlewat adalah asal-usul nama "Depok". Banyak orang mengira bahwa kata ini berdiri sendiri, padahal sebenarnya merupakan singkatan. Anehnya, tidak semua penduduk Depok tahu kepanjangan nama kota tempat tinggal mereka.

Dalam catatan sejarah, Depok pernah menjadi pusat Residensi Ommelanden van Batavia berdasarkan keputusan Gubernur Batavia pada 11 April 1949. Nama "Depok" sendiri berasal dari bahasa Belanda, yakni De Eerste Protestantse Organisatie van Christenen.

Dalam bahasa Indonesia, artinya adalah "Organisasi Kristen Protestan Pertama". Hubungan Depok dengan sejarah Kristen Protestan sangat erat kaitannya dengan peran Cornelis Chastelein, seorang tokoh penting di masa kolonial.

Cornelis Chastelein: Tuan Tanah yang Berjiwa Dermawan

Cornelis Chastelein adalah pegawai VOC yang memulai kariernya sebagai pengawas gudang di usia muda. Dengan kecerdasan dan kerja kerasnya, ia berhasil menapaki jenjang karir hingga menjadi saudagar utama dan anggota Dewan Kota Batavia. Lahir pada tahun 1658, Chastelein dikenal sebagai salah satu pegawai VOC yang cakap dalam mengelola keuangan. Dengan gaji bulanan sekitar 200-350 gulden, ia memilih untuk menginvestasikan uangnya dalam bentuk tanah di sekitar Batavia.

Tanah pertama yang dibelinya pada 1693 terletak di Weltevreden, yang kini dikenal sebagai kawasan Gambir. Tanah tersebut digunakan untuk menanam tebu. Dua tahun kemudian, ia memutuskan pensiun dari VOC dan membeli tanah di Srengseng, yang kini dikenal sebagai Lenteng Agung. Di sinilah ia membangun rumah besar dan memulai kehidupan sebagai tuan tanah.

Budak yang Menjadi Keluarga

Chastelein memiliki pandangan yang berbeda tentang budak dibandingkan dengan banyak orang pada masanya. Ia memandang budak-budaknya sebagai manusia yang memiliki hak asasi. Oleh karena itu, ia memperlakukan mereka dengan baik dan akhirnya membebaskan semua budaknya, yang jumlahnya mencapai 150 orang.

Setelah dibebaskan, para mantan budak ini tetap tinggal bersama Chastelein dan bekerja untuk mengelola rumah besar serta perkebunan di Srengseng, Mampang, dan Depok. Perkebunan tersebut menghasilkan berbagai komoditas bernilai tinggi seperti tebu, lada, pala, dan kopi. Kesuksesan pengelolaan perkebunan ini membuat Chastelein semakin kaya raya, menjadikannya salah satu orang terkaya di Batavia pada zamannya.

Warisan Abadi untuk Generasi Mendatang

Chastelein wafat pada 28 Juni 1714. Namun, tiga bulan sebelum kematiannya, ia telah menyusun surat wasiat. Dalam wasiat tersebut, ia menyatakan bahwa seluruh hartanya tidak hanya akan diwariskan kepada keluarganya, tetapi juga kepada para mantan budaknya. Ia berharap warisan tersebut dapat membantu mereka hidup mandiri dan sejahtera.

Selain itu, Chastelein ingin tanah yang dimilikinya digunakan sebagai tempat penyebaran agama Kristen di Batavia. Pesan ini diimplementasikan oleh para mantan budaknya dengan mendirikan komunitas De Eerste Protestantse Organisatie van Christenen, yang menjadi cikal bakal nama "Depok". Keturunan komunitas ini kemudian dikenal sebagai "Belanda Depok".

Depok di Era Modern

Nama Depok tetap digunakan hingga era modern. Namun, berbagai interpretasi baru tentang asal-usul nama Depok bermunculan. Salah satu interpretasi populer adalah "Daerah Pemukiman Orang Kota". Kendati demikian, sejarah asli Depok sebagai singkatan dari komunitas Kristen Protestan pertama tetap menjadi bagian penting dari identitas kota ini.

Depok bukan sekadar sebuah nama, tetapi juga simbol dari sejarah, warisan budaya, dan semangat kebebasan yang ditinggalkan oleh Cornelis Chastelein. Kota ini menyimpan banyak cerita yang menarik untuk digali, mulai dari masa kolonial hingga perkembangan modern sebagai salah satu kota penyangga Jakarta.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved