Sumber foto: Google

Massa Hancurkan Rumah Proklamasi Bangladesh, Tuntut PM Hasina Diadili

Tanggal: 10 Feb 2025 09:52 wib.
Ribuan demonstran menyerbu dan menghancurkan rumah yang menjadi simbol proklamasi kemerdekaan Bangladesh di Dhaka pada Rabu (5/2/2025). Aksi tersebut dipicu oleh pidato yang direncanakan oleh mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina, yang kini berada di pengasingan di India.

Rumah yang menjadi sasaran penghancuran itu dulunya milik Sheikh Mujibur Rahman, ayah dari Sheikh Hasina, yang dikenal sebagai Bapak Kemerdekaan Bangladesh. Pada tahun 1971, di rumah inilah Rahman mendeklarasikan kemerdekaan Bangladesh dari Pakistan, sebuah momen bersejarah yang menandai lahirnya negara Bangladesh. Namun, pada 1975, Sheikh Mujibur Rahman dibunuh dalam sebuah kudeta militer, dan rumah tersebut kemudian dijadikan museum oleh Hasina untuk menghormati warisan ayahnya.


Aksi Demonstrasi dan Tuntutan Masyarakat


Aksi penghancuran ini terjadi setelah Sheikh Hasina dijadwalkan untuk berbicara kepada para pendukungnya, yang memicu kemarahan dari kelompok-kelompok yang menentang pemerintahannya. Banyak dari para demonstran yang mengecam Hasina karena dugaan penyelewengan kekuasaan dan kebijakan-kebijakan kontroversial selama masa pemerintahannya. Mereka menuntut agar Hasina diadili atas berbagai tuduhan korupsi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Para demonstran menuntut agar rumah proklamasi tersebut, yang kini menjadi simbol dari pemerintahan Hasina, dihancurkan sebagai bentuk protes terhadap pemerintahannya yang dianggap otoriter dan tidak demokratis. Rumah itu kini menjadi sasaran simbolik, yang mereka anggap sebagai representasi dari kekuasaan yang dianggap tidak sah oleh mereka.


Protes Terhadap Pemerintahan Hasina


Sejak Hasina kembali memimpin Bangladesh setelah diasingkan pada tahun 1996, pemerintahannya selalu menuai kontroversi, terutama terkait dengan kebebasan sipil dan pelanggaran hak asasi manusia. Tuntutan agar Hasina diadili semakin menguat seiring dengan tuduhan yang menyebutkan bahwa pemerintahannya telah memerangi oposisi politik dengan cara-cara yang represif, termasuk menggunakan aparat keamanan untuk menekan kebebasan berpendapat dan menindak keras protes.

Beberapa pihak bahkan menyebutkan bahwa rumah yang dihancurkan ini bukan hanya simbol sejarah negara, melainkan juga simbol dari keteguhan Hasina dalam mempertahankan kekuasaannya selama bertahun-tahun. Banyak pihak di dalam negeri maupun internasional yang melihat kejadian ini sebagai puncak dari ketegangan politik yang semakin mendalam di Bangladesh.


Pentingnya Dialog dan Penyelesaian Damai


Keputusan untuk menghancurkan simbol proklamasi kemerdekaan ini mencerminkan ketegangan yang semakin meningkat di Bangladesh. Negara ini kini dihadapkan pada perpecahan politik yang semakin tajam, dan aksi-aksi kekerasan semacam ini berisiko memperburuk situasi. Dialog dan penyelesaian damai antar pihak yang berbeda pandangan politik diharapkan dapat mencegah lebih banyak kerusuhan dan menciptakan iklim politik yang lebih stabil dan inklusif bagi seluruh rakyat Bangladesh.

Aksi penghancuran rumah proklamasi ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga simbol-simbol sejarah yang memiliki makna mendalam bagi sebuah bangsa. Ke depan, Bangladesh perlu mencari cara untuk mengatasi ketegangan politik tanpa merusak warisan sejarah yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas nasional.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved