Mahasiswa Uncen Bentrok dengan Polisi, Truk Angkut Personel Dibakar
Tanggal: 25 Mei 2025 21:36 wib.
Ratusan mahasiswa Universitas Cenderawasih (Uncen) menggelar aksi unjuk rasa di depan kampusnya pada Kamis (22/5/2025). Aksi tersebut digelar untuk menuntut pengurangan Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang dianggap memberatkan mahasiswa. Protes ini merupakan wujud dari ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan biaya pendidikan yang dinilai semakin tinggi, di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Pada awalnya, aksi demonstrasi berjalan dengan damai. Mahasiswa melakukan orasi di atas mobil polisi yang terparkir di lokasi, menyampaikan tuntutan mereka dan mengajak rekan-rekannya untuk bersolidaritas. Namun, suasana mulai memanas setelah beberapa mahasiswa mulai melakukan aksi yang memicu aksi saling dorong dan pukul dengan aparat keamanan yang berjaga di lokasi. Polisi, yang berupaya mengamankan situasi, terpaksa harus berhadapan langsung dengan para pendemo yang semakin emosional.
Kericuhan semakin tidak terhindarkan ketika sejumlah mahasiswa mencoba menerobos barikade polisi. Suasana semakin memanas karena mahasiswa mulai merasa bahwa suara mereka tidak didengar, yang memicu ketegangan antara kedua belah pihak. Dalam situasi yang sudah tidak terkendali ini, aparat pun melakukan tindakan pengamanan dengan menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.
Puncaknya, satu unit truk patroli milik Polresta Jayapura Kota dibakar oleh massa di lokasi. Kebakaran truk tersebut menandakan bahwa aksi solidaritas mahasiswa telah berujung pada aksi anarkis, yang memperlihatkan betapa frustrasinya mereka terhadap keadaan. Meski situasi sempat melawan arah, polisi juga berusaha melakukan tindakan persuasif dengan mengajak dialog para mahasiswa agar aksi dapat berlangsung lebih damai.
Namun, semangat mahasiswa untuk mengekspresikan protes mereka tampak tidak dapat dibendung. Kerusuhan ini membuat banyak orang yang berada di lokasi berlarian untuk menghindari tindakan anarkis yang semakin meluas. Hingga saat artikel ini ditulis, belum diketahui apakah ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dan informasi mengenai jumlah mahasiswa yang diamankan oleh pihak kepolisian pun masih simpang siur.
Para pengunjuk rasa menilai bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah cara untuk menyuarakan aspirasi mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu juru bicara mahasiswa, penolakan terhadap besaran UKT tidak hanya sekadar keluhan, tetapi juga sebuah seruan untuk keadilan dalam akses pendidikan. Mereka berpendapat bahwa pendidikan seharusnya menjadi hak yang dapat diakses tanpa adanya beban finansial yang menghimpit.
Ketegangan ini dapat menjadi cerminan dari banyaknya masalah yang dihadapi oleh mahasiswa di seluruh Indonesia, di mana dukungan terhadap pendidikan sering kali terhambat oleh beban biaya yang tinggi. Dalam konteks ini, mahasiswa Universitas Cenderawasih berupaya untuk membuat suara mereka terdengar, meski pada akhirnya harus berhadapan dengan aparat. Kejadian ini menjadi sorotan publik dan menimbulkan berbagai reaksi dari pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah daerah dan universitas.
Secara keseluruhan, insiden ini mencerminkan ketidakpuasan mahasiswa terhadap kebijakan pendidikan yang ada saat ini dan menjadi pengingat krusial bahwa dialog antara pemerintah dan masyarakat perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan.