Lima PMI Ilegal Ditembak Polisi Maritim Malaysia, 1 Meninggal dan 4 Terluka
Tanggal: 26 Jan 2025 20:43 wib.
Lima warga negara Indonesia (WNI) menjadi korban penembakan oleh polisi maritim Malaysia di perairan Tanjung Rhu, Selangor, pada Minggu (26/1/25). Insiden tragis ini mengakibatkan satu orang meninggal dunia, sementara empat lainnya mengalami luka tembak, dengan salah satu korban dilaporkan dalam kondisi kritis. Kasus ini telah menimbulkan keprihatinan mendalam di Indonesia dan memunculkan berbagai pertanyaan terkait perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI), terutama yang berstatus ilegal.
Menurut keterangan dari Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Christina Aryani, kelima WNI yang menjadi korban diduga merupakan pekerja migran ilegal. Hal ini berdasarkan indikasi bahwa mereka tidak melalui jalur resmi atau prosedur yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia untuk bekerja di luar negeri.
"Dari informasi awal yang kami terima, kelima korban tidak terdaftar dalam sistem resmi kami. Hal ini menguatkan dugaan bahwa mereka adalah PMI ilegal," ujar Christina dalam konferensi pers di Jakarta.
Peristiwa ini terjadi di perairan Tanjung Rhu, wilayah Selangor, Malaysia, yang dikenal sebagai salah satu rute masuk bagi pekerja migran ilegal. Polisi maritim Malaysia dilaporkan melakukan tindakan tegas terhadap kapal yang membawa para korban karena diduga melanggar peraturan keimigrasian.
Dalam operasi tersebut, tembakan dilepaskan, yang menyebabkan lima WNI menjadi korban. Sayangnya, satu orang tewas di tempat, sementara empat lainnya mengalami luka-luka dan langsung dilarikan ke beberapa rumah sakit di Selangor. Hingga kini, identitas para korban belum dapat dipastikan sepenuhnya.
Christina Aryani menyatakan bahwa kondisi para korban yang selamat saat ini sedang dalam pemantauan. Salah satu korban dikabarkan dalam kondisi kritis dan mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
"Kami terus memantau perkembangan para korban. Kami juga berkoordinasi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang layak," ujar Christina.
Kasus ini kembali menyoroti permasalahan pekerja migran ilegal, yang masih menjadi tantangan besar bagi pemerintah Indonesia. Banyak WNI yang memilih jalur ilegal untuk bekerja di luar negeri karena tergiur dengan janji penghasilan tinggi, meskipun risiko yang dihadapi sangat besar.
Christina Aryani mengimbau masyarakat Indonesia untuk tidak tergoda dengan tawaran kerja yang tidak jelas dan selalu mematuhi prosedur resmi dari pemerintah. "Keamanan dan keselamatan adalah prioritas utama. Jalur ilegal hanya akan membawa risiko tinggi, seperti yang terjadi dalam kasus ini," tegasnya.
Pemerintah Indonesia, melalui P2MI dan KBRI Malaysia, akan mendesak pihak berwenang Malaysia untuk mengusut tuntas kasus ini. Investigasi diperlukan untuk memastikan bahwa tindakan yang dilakukan oleh polisi maritim Malaysia sesuai dengan prosedur hukum internasional.
Selain itu, pemerintah juga akan berupaya memulangkan jenazah korban yang meninggal dan memberikan pendampingan hukum serta dukungan psikologis kepada keluarga korban.
Kasus penembakan terhadap lima PMI ilegal ini menjadi pengingat akan pentingnya sosialisasi prosedur resmi bagi pekerja migran, serta perlunya kerja sama antarnegara dalam melindungi hak asasi manusia. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus meningkatkan pelindungan bagi seluruh WNI, baik di dalam negeri maupun di luar negeri.