Legenda di Balik Kelezatan Kue Keranjang: Simbol Keberuntungan di Perayaan Imlek
Tanggal: 27 Jan 2025 19:59 wib.
Kue keranjang, atau dalam bahasa Mandarin disebut nian gao, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan Imlek. Kue tradisional ini berbahan dasar tepung ketan, air, dan gula, dengan tekstur lengket yang menyerupai dodol khas Indonesia. Namun, siapa sangka di balik kelezatannya, terdapat legenda menarik yang menjadikan kue ini begitu istimewa dalam tradisi Tahun Baru China?
Legenda Dewa Dapur dan Kue Keranjang
Menurut cerita rakyat China, setiap akhir tahun, Dewa Dapur memiliki tugas untuk melaporkan kondisi rumah tangga manusia kepada Kaisar Giok di surga. Laporan ini menentukan keberuntungan keluarga di tahun mendatang. Untuk memastikan laporan tersebut tidak berisi hal-hal buruk, masyarakat menyajikan kue keranjang kepada Dewa Dapur.
Tekstur lengket kue keranjang dianggap mampu “menutup mulut” sang dewa agar ia tidak menyampaikan hal-hal negatif. Oleh karena itu, bahan dasar tepung ketan dengan tekstur yang lengket memiliki makna simbolis penting dalam tradisi ini.
Sejarah Panjang Nian Gao
Tidak hanya legenda, kue keranjang memiliki sejarah yang telah berlangsung lebih dari 2.000 tahun. Setelah Kalender China diperkenalkan pada masa Dinasti Zhou (abad ke-11 SM hingga 256 SM), masyarakat mulai memiliki konsep tentang “tahun” yang terstruktur. Sejak itu, nian gao menjadi persembahan kepada para dewa dan leluhur sebagai simbol penghormatan.
Pada era Dinasti Tang (618–907 M), kue keranjang mulai dikenal sebagai makanan khas Festival Musim Semi. Kemudian, selama Dinasti Qing (1636–1912), kue ini berkembang menjadi makanan ringan yang dapat dinikmati kapan saja sepanjang tahun. Meskipun demikian, peran utamanya tetap sebagai sajian khusus untuk perayaan Imlek.
Makna Filosofis di Balik Nian Gao
Kata nian gao memiliki pelafalan yang mirip dengan frasa “semakin tinggi dari tahun ke tahun” dalam bahasa Mandarin. Hal ini menjadikan kue keranjang simbol harapan akan kemajuan dan keberuntungan. Dengan menyantap kue ini, diharapkan seseorang dapat mengalami peningkatan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, pendidikan, dan hubungan keluarga.
Tradisi ini juga mengajarkan pentingnya memperkuat ikatan keluarga. Kue keranjang yang disajikan saat makan bersama dipercaya mampu menyatukan keluarga dan mencegah anggota keluarga saling menyampaikan hal buruk. Oleh karena itu, makanan ini memiliki makna mendalam sebagai simbol keharmonisan dan keberuntungan.
Kue Keranjang di Era Modern
Meskipun kue keranjang tersedia sepanjang tahun, penjualannya meningkat drastis menjelang Imlek. Tradisi ini tidak hanya menjadi bagian dari budaya, tetapi juga melibatkan nilai-nilai kekeluargaan yang terus relevan hingga saat ini. Kue keranjang dianggap mampu menyatukan keluarga, bahkan di tengah kesibukan zaman modern.
Dalam setiap gigitan kue keranjang, tersimpan harapan akan keberuntungan, kemakmuran, dan keharmonisan. Bagi masyarakat Tionghoa, kue ini bukan sekadar makanan manis, tetapi juga simbol doa dan harapan yang melampaui waktu.