Lagi Tren Kontes Mirip Artis Terkenal, Ahli Jelaskan Penyebabnya
Tanggal: 2 Des 2024 19:22 wib.
Baru-baru ini, Jakarta menjadi saksi dari sebuah acara kontes yang mengundang banyak perhatian, yaitu kontes mirip Nicholas Saputra. Acara ini berhasil menarik perhatian warganet dan menjadi viral di media sosial. Namun, kontes semacam itu bukanlah hal yang baru.
Kontes-kontes serupa telah diadakan di berbagai negara, di mana puluhan hingga ratusan orang tampil dengan percaya diri menampilkan kemiripan mereka dengan artis terkenal seperti Zayn Malik, Zendaya, Harry Styles, Timothée Chalamet, hingga Dev Patel.
Meskipun hadiah yang didapat oleh pemenang kontes tidak terlalu besar, antusiasme peserta tetap tinggi. Sebagai contoh, pemenang kontes mirip Nicholas Saputra di Jakarta hanya mendapatkan hadiah berupa uang tunai sebesar Rp 500 ribu.
Ditempat lain, pemenang kontes mirip Zendaya di California bahkan hanya mendapatkan sebotol sampo dan conditioner dari brand yang digunakan oleh sang artis. Di sisi lain, para peserta kontes mirip Jeremy Allen White berlomba-lomba untuk memperebutkan hadiah berupa satu pak Marlboro Reds.
Tentu saja, hal ini menimbulkan pertanyaan, mengapa kontes-kontes mirip artis semakin sering digelar? Menurut CNN Internasional, fenomena ini sebenarnya bukanlah hal baru.
Bahkan sebelum era media sosial, kontes semacam ini sudah sering diadakan. Dalam memoarnya, Charlie Chaplin Jr. bahkan menulis bahwa ayahnya pernah menjadi juara ketiga dalam sebuah kompetisi mirip dirinya sendiri.
Namun, menurut Ellis Cashmore, seorang sosiolog Inggris dan kritikus budaya selebritas, ada alasan lain yang mendorong menjamurnya kontes mirip artis.
Menurutnya, fenomena ini bukanlah sisa-sisa Zaman Keemasan Hollywood, melainkan mencerminkan percaya diri masyarakat abad ke-21 bahwa faktor biologis bukanlah takdir. Masyarakat kini meyakini bahwa seseorang dapat melakukan apa saja dan menjadi siapa pun yang diinginkannya.
Tidak hanya itu, kontes mirip artis juga memberikan peluang untuk membangun komunitas baru. Kontes ini memberi kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang baru yang memiliki minat yang sama terhadap selebritas.
Andy Harmer, pendiri Lookalikes, salah satu agensi peniru selebritas papan atas di Inggris, percaya bahwa fenomena ini berkaitan dengan ketertarikan manusia terhadap segala jenis kemiripan.
Menurut sebuah studi dalam jurnal ilmiah Cell Reports pada tahun 2022, orang yang mirip tanpa hubungan keluarga memiliki varian genetik yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap wajah memiliki setidaknya tujuh kemiripan atau doppelgänger.
Data ini menunjukkan bahwa ketertarikan manusia terhadap kemiripan tidak hanya sebatas isu sosial atau hiburan semata, namun juga memiliki dasar genetik yang kuat.
Kontes mirip artis memang menjadi fenomena menarik yang memperlihatkan dimensi psikologis dan sosiologis dalam masyarakat. Kontes semacam ini tidak hanya menjadi hiburan semata, namun juga mencerminkan kompleksitas dan keunikan manusia dalam mengekspresikan diri serta mengidentifikasi diri dengan tokoh publik idola. Dari fenomena ini, kita dapat melihat bagaimana masyarakat menggali berbagai aspek kemanusiaan yang menarik dan kompleks.
Dari perspektif psikologis, fenomena ini mencerminkan keinginan manusia untuk diakui dan dihargai, tidak hanya sebagai individu unik, tetapi juga sebagai sosok yang dianggap memiliki kesamaan dengan tokoh publik yang dikagumi.
Dari sisi sosiologis, kontes mirip artis merupakan wadah untuk membangun komunitas yang memiliki minat yang sama, menghubungkan orang-orang yang sebelumnya tidak saling kenal namun memiliki kesamaan antara satu sama lain.
Melalui kontes mirip artis, manusia mengekspresikan keinginan untuk diakui, dihargai, dan disatukan dalam sebuah komunitas. Fenomena ini tidak hanya mengungkapkan keunikan dan kompleksitas manusia dalam mengekspresikan identitas dan mencari harga diri, namun juga mencerminkan peran penting tokoh publik dalam membentuk pola pikir dan identitas sosial dalam masyarakat. Dengan kata lain, kontes mirip artis adalah representasi dari dinamika psikologis dan sosiologis yang menarik dalam masyarakat kontemporer.
Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi, fenomena ini semakin berkembang dengan pesat. Melalui media sosial dan berbagai platform digital, kontes mirip artis menjadi lebih mudah diakses dan dipromosikan. Hal ini membuka peluang bagi individu-individu dengan berbagai latar belakang untuk turut serta dalam fenomena ini, menciptakan keberagaman dan keunikan yang semakin memperkaya dinamika sosial dalam masyarakat global.
Dengan demikian, kontes mirip artis merupakan salah satu fenomena menarik yang mencerminkan kompleksitas dan keunikan manusia dalam menyatakan identitas serta keinginan untuk diakui dalam masyarakat kontemporer yang multikultural dan terkoneksi secara global.