Konten Anomali Berbahaya Bagi Psikologis Anak, Orang Tua Harus Awasi Tontonan Anak
Tanggal: 22 Mei 2025 10:30 wib.
Tampang.com | Akhir-akhir ini, media sosial diramaikan dengan berbagai konten meme anomali. Salah satu yang paling sering dibicarakan adalah "Tung-Tung Sahur". Karakter fiksi ini diciptakan oleh kecerdasan buatan (AI) dalam bentuk animasi kentongan yang dapat bergerak layaknya manusia. Meskipun anomali seperti ini menjadi konten hiburan bagi banyak pengguna media sosial, kemunculannya ternyata menimbulkan kekhawatiran di kalangan beberapa orangtua. Mereka berpendapat bahwa konten-konten seperti ini dapat membawa dampak negatif bagi anak-anak yang terpapar.
Eksistensi "Tung-Tung Sahur" yang viral di media sosial menunjukkan bagaimana konten anomali dapat cepat menyebar dan menarik perhatian seseorang, termasuk anak-anak. Karakter yang terlihat konyol dan absurd ini bisa jadi menghibur, tetapi penilaian yang kurang tepat terhadap konten tersebut dapat mengakibatkan pemahaman yang keliru pada anak-anak. Konten yang tidak sesuai dengan pola visual atau struktur logika yang lazim bisa mengacaukan perkembangan pola pikir anak. Padahal, anak-anak berada dalam fase penting untuk mempelajari apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan.
Anak-anak memiliki tingkat daya penyerapan informasi yang tinggi. Mereka belajar dengan cepat melalui pengamatan dan imitasi. Jika mereka terlalu sering terpapar pada konten yang absurd dan tidak logis, bisa jadi mereka akan kesulitan untuk membedakan antara kenyataan dan imajinasi. Ini dapat berakibat pada ketidakmampuan mereka untuk memahami situasi sosial yang kompleks dan memperburuk kemampuan komunikasi mereka. Orang tua harus menyadari bahwa dunia maya bukanlah tempat yang sepenuhnya aman bagi kesehatan psikologis anak.
Kekhawatiran di kalangan orang tua semakin meningkat ketika mereka melihat anak-anak tertawa atau terhibur oleh karakter seperti "Tung-Tung Sahur". Mereka beranggapan bahwa ketertarikan anak pada konten tersebut bisa berujung pada kebingungan nilai-nilai dan norma yang ada di masyarakat. Sekilas, anak mungkin tampak bahagia, tetapi tanpa bimbingan yang baik, dampak negatif di kemudian hari bisa mengganggu perkembangan mereka. Misalnya, mereka mungkin meniru perilaku aneh yang ditunjukkan oleh karakter atau bertindak tidak pantas tanpa memahami konsekuensinya.
Dari sudut pandang psikologi, konten-konten anomali ini dapat memicu rasa ingin tahu yang tidak sehat. Anak-anak bisa jadi terobsesi dengan karakter atau meme tertentu dan mengabaikan aspek-aspek penting lainnya, seperti pendidikan dan interaksi sosial yang konstruktif. Mereka mungkin menghabiskan waktu berjam-jam menonton konten yang meragukan, daripada berinteraksi dengan teman sebaya ataupun belajar hal-hal baru. Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan emosional anak.
Media sosial juga mengizinkan distribusi konten yang sangat cepat dan tanpa batas. Mungkin orang tua merasakan bahwa mereka sudah mengawasi tontonan anak-anak mereka, tetapi dengan adanya algoritma yang menampilkan konten berdasarkan minat dan perilaku, anak-anak mungkin dengan mudah menemukan dan mengakses konten yang tidak sesuai. Ini membuat peran orang tua semakin penting untuk lebih aktif dalam memantau jenis konten apa yang dikonsumsi oleh anak-anak mereka.
Selain itu, berbicara tentang dampak sosial dari konten-konten anomali seperti "Tung-Tung Sahur", anak-anak yang sering terpapar pada jenis konten ini mungkin akan kesulitan untuk beradaptasi dalam lingkungan sosial yang lebih luas. Penilaian yang salah terhadap norma dan perilaku yang seharusnya mereka ikuti dapat berpengaruh pada hubungan mereka dengan teman sebaya serta orang dewasa di sekitar mereka. Tanpa panduan yang baik, anak bisa masuk ke dalam lingkaran perilaku yang tidak sehat.
Belum lagi, banyak dari konten-konten ini mengandung unsur humor yang tidak sesuai atau bahkan bisa dianggap ofensif bagi sebagian kalangan. Hal ini bisa jadi menimbulkan ketidakpahaman di kalangan anak-anak tentang apa yang dianggap pantas, sehingga mereka dapat terbawa dalam kekacauan moral yang tidak mereka sadari. Dalam jangka panjang, ini berpotensi menghambat pembentukan karakter dan nilai bagi mereka.
Oleh karena itu, sebagai orang tua, penting untuk memiliki dialog terbuka dengan anak tentang apa yang mereka lihat dan bagaimana perasaan mereka terhadap konten tersebut. Kesadaran ini akan membantu anak-anak belajar untuk berpikir kritis dan menilai informasi dengan bijak. Tidak hanya itu, pemahaman itu juga bisa mendorong mereka untuk menjauhi konten-konten anomali yang mungkin tidak sehat bagi perkembangan psikologis mereka.
Meskipun tidak semua konten di media sosial bersifat negatif, kesadaran dan pengawasan orang tua tetap menjadi kunci agar anak-anak dapat menikmati dunia digital dengan aman dan sehat.