Kisah Samiri, Pembuat Patung Anak Sapi yang Bisa Keluarkan Suara

Tanggal: 16 Mei 2024 20:52 wib.
Ketika masa dakwah Nabi Musa AS, ada seseorang dari kaumnya yang berniat mengecoh keimanan Bani Israil dengan membentuk berhala sapi yang bisa berbicara. Siapa dia?

Ibnu Katsir dalam bukunya Qashash Al-Anbiya menyebutkan nama pembuat patung anak sapi yang dapat berbicara pada masa Nabi Musa, yakni Samiri.
Awalnya, Samiri membuat sebuah patung berbentuk anak sapi dari perhiasan emas. Tetapi sebelumnya ia melihat Malaikat Jibril mengirim bantuan Allah SWT kepada Musa AS untuk menenggelamkan Firaun di Laut Merah.Kala itu Jibril menunggangi kuda dan terdapat bekas tapak kudanya di tanah. Lantas Samiri mengambil tanah pijakan kuda itu untuk kemudian dimasukkan ke dalam tubuh berhala ciptaannya.
Seketika patung buatannya Samiri mengeluarkan suara selayaknya anak sapi asli. Ada pula yang mengatakan bahwa berhala itu berdaging dan mengeluarkan darah, sehingga mirip dengan anak sapi yang sebenarnya. Melihat itu, banyak dari Bani Israil yang bersorak kegirangan karena menganggap tuhan berada di sisi mereka.
Namun ada juga ulama yang berpendapat, sapi itu terdengar bersuara lantaran ada angin yang masuk melalui duburnya dan keluar lewat mulutnya. Karena Samiri membuat bagian tengah patung berongga dan menghadapkannya ke arah mata angin.
Sehingga angin yang masuk dari lubang belakang kemudian keluar dari lubang depan, dan terdengarlah suara yang mirip dengan anak sapi sungguhan.

Setelah itu, Samiri pergi menemui Bani Israil dengan membawa patung yang telah dibuatnya. Mereka pun bertanya kepadanya, "Apa itu, Samiri?"
Samiri menjawab, "Ini adalah tuhan kalian dan tuhan Musa!"
Mereka bertanya lagi, "Tapi Musa sekarang sedang pergi menemui Tuhannya."
Samiri menjawab lagi, "Rupanya Musa lupa. Dia pergi untuk menemui Tuhannya di tempat lain, padahal tuhannya ada di sini."
Kala itu angin berhembus masuk dari bagian belakang anak sapi dan keluar dari mulutnya sehingga anak sapi itu mengeluarkan suara. Bani Israil yang mendengarnya kemudian menyembah anak sapi itu.

Samiri ternyata memang sengaja melakukan demikian. Ia melihat situasi di mana Bani Israil rindu untuk menyembah berhala. Kemudian ia memanfaatkan dengan membawakan patung anak sapi bagi mereka yang terbuat dari emas dan mampu berbicara.
Bani Israil pun terpecah menjadi golongan minoritas mukmin yang sadar bahwa anak sapi itu adalah tipuan, dan kalangan mayoritasnya kembali menyembah berhala.
Fitnah Samiri akhirnya menyebar ke seluruh kaum. Hingga pada suatu hari, Nabi Harun AS sangat terkejut melihat Bani Israil menyembah patung anak sapi emas. Harun AS yang kala itu dititipkan tanggung jawab oleh Musa AS untuk menjaga kaumnya, kemudian mendatangi untuk menasihati mereka.
Beliau berkata kepada mereka, "Sesungguhnya kalian telah terkena fitnah dengan patung anak sapi. Sungguh, ini adalah fitnah. Samiri telah memanfaatkan kebodohan kalian dan memfitnah kalian dengan anak sapinya. Ini bukanlah tuhan kalian atau tuhan Musa."
Para penyembah anak sapi itu menolak dan tidak mengindahkan peringatan Nabi Harun. Tetapi Harun AS terus mengingatkan mereka akan sejumlah mukjizat Allah SWT yang telah menyelamatkan, memuliakan, dan menjaga mereka.
Namun mereka mereka tetap saja menutup telinga. Mereka menolak peringatan Nabi Harun sambil meremehkannya, bahkan beliau hampir dibunuh Bani Israil. Mereka menutup perdebatan patung anak sapi sampai Musa AS datang dari gunung Thur.
Kepribadian Nabi Harun yang jauh lebih luwes dan lembut justru membuat beliau tidak disegani Bani Israil. Di sisi lain Harun AS enggan menghancurkan berhala yang mereka sembah, karena khawatir akan menimbulkan fitnah dan perang saudara di antara mereka. Akhirnya beliau pun juga memilih menunda permasalahan hingga Musa AS kembali.

Ketika Musa AS datang ke kaumnya, beliau terkejut mendengar teriakan dan kegaduhan Bani Israil yang tengah menari-nari di sekitar berhala anak sapi. Mereka terdiam saat Nabi Musa hadir, dan beliau kemudian berkata:
"Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!" 
Lantaran tak mampu membendung kemarahannya, Nabi Musa menghampiri Harun AS dan melemparkan lembaran Taurat yang diterimanya ke tanah. Beliau kemudian menarik rambut dan jenggot Harun AS seraya berkata,
"Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?" 
Kemudian Nabi Harun berujar, "Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku." 
Harun AS menjelaskan bahwa beliau bukanlah mendurhakainya atau menerima tindakan para penyembah anak sapi, melainkan beliau tidak ingin meninggalkan mereka dan pergi begitu saja.

Nabi Musa bertanya mengapa Harun AS tidak menjaga keimanan mereka.Nabi Harun menjawab bahwa beliau khawatir apabila melawan mereka dengan kekerasan, maka hal itu akan menyulut perang saudara.Nabi Harun lanjut meminta agar Musa AS melepaskan kepada dan jenggotnya agar kaumnya tidak semakin meremehkannya, seperti dalam Surat Al-A'raf ayat 150:
"Harun berkata, 'Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau membunuhku. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim'."
Musa AS sadar bahwa beliau telah mendzalimi Harun AS dengan kemarahannya, lalu Nabi Musa melepaskan genggamannya itu dan memohon ampun kepada Allah SWT untuk dirinya dan saudaranya.
Kemudian Nabi Musa mengalihkan pandangan kepada Samiri, dan menuturkan, "Apa yang mendorongmu berbuat demikian, wahai Samiri?" (QS Thaha: 95)

Samiri berujar, "Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya." (QS Thaha:96)
"Aku melihat Jibril mengendarai kudanya, dan setiap benda yang tersentuh oleh kaki kuda itu menjadi hidup." lanjut Samiri.
Samiri kembali menjelaskan, "Maka aku ambil segenggam dari jejak Rasul (Jibril). Lalu aku melemparkannya (mencampurkannya ke dalam emas). Dan demikianlah nafsuku membujukku. (QS Thaha: 96)
Mendengarnya, Musa AS kemudian memberi sanksi kepada Samiri, sesuai yang disebutkan dalam Surat Thaha ayat 97.
"Pergilah kau! Sesungguhnya di dalam kehidupan (dunia) engkau (hanya dapat) mengatakan, 'Jangan sentuh (aku).' Engkau pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak akan dapat engkau hindari. Lihatlah tuhanmu itu yang tetap engkau sembah. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkan (abu)-nya ke laut."

Ahli tafsir menerangkan hukuman yang Nabi Musa berikan ke Samiri dalam ayat di atas, yakni menempatkan Samiri di wilayah terpencil agar tidak dapat mendatangi Musa AS beserta kaumnya sebagai sanksi di dunia.
Sementara di akhirat, Samiri akan ditempatkan di neraka lantaran perbuatannya yang menyesatkan Bani Israil.

Wallahu a'lam.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved