Kisah Inspiratif Asma Tanjung: Menabung Selama 55 Tahun Demi Naik Haji
Tanggal: 6 Mei 2025 14:52 wib.
Tampang.com | Mimpi tak pernah mengenal usia, dan perjuangan tak mengenal batas waktu. Itulah pelajaran berharga dari kisah hidup Asma Tanjung binti Muhammad Khatib Sulaiman, seorang perempuan tangguh berusia 78 tahun asal Kecamatan Panyabungan, Mandailing Natal, Sumatera Utara. Setelah menabung selama 55 tahun, Asma akhirnya mewujudkan impian besarnya: berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.
Perjalanan panjang ini dimulai sejak tahun 1970, saat Asma memulai usaha kecilnya dengan berjualan sate di pasar Panyabungan. Dengan penghasilan yang sangat terbatas, ia dan sang suami tetap menanam harapan besar untuk suatu hari dapat menunaikan rukun Islam kelima tersebut. Meski hidup dalam kesederhanaan, keduanya tak pernah surut semangat. Setiap tusuk sate yang laku, menjadi bagian dari tabungan kecil yang perlahan namun pasti terkumpul.
Namun takdir berkata lain, suami Asma meninggal dunia pada tahun 2009. Kepergian sang suami tentu menjadi pukulan berat, tetapi Asma memilih untuk tidak menyerah. Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 2012, Asma mendaftarkan diri untuk haji dari hasil tabungan yang selama ini disimpannya dengan penuh kesabaran.
Sejak saat itu, ia terus melanjutkan perjuangan seorang diri. Lima orang anak yang ia besarkan pun menjadi saksi betapa ibunya tak pernah berhenti berusaha. Dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, ia terus berdagang di pasar, menyisihkan sebagian penghasilan walau kecil. Keinginan untuk bertamu ke Baitullah tak pernah luntur, meski usia semakin menua.
Kini, setelah lebih dari setengah abad perjuangan, impian itu akhirnya menjadi nyata. Asma Tanjung tercatat sebagai salah satu jamaah haji asal Indonesia yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 05 Embarkasi Medan (KNO-05). Ia dijadwalkan berangkat pada 5 Mei 2025, bersama para calon haji lainnya dari Sumatera Utara.
Kisah Asma bukan hanya tentang haji, tetapi juga tentang keteguhan hati, pengorbanan, dan keyakinan yang tak tergoyahkan. Dalam dunia yang serba instan, cerita Asma menjadi pengingat bahwa proses dan kesabaran memiliki nilai yang tak tergantikan. Ia bukan hanya pergi haji sebagai pemenuhan ibadah, tapi juga sebagai simbol keberhasilan hidup dalam memegang prinsip dan mimpi.
Bagi banyak orang, mungkin 55 tahun adalah waktu yang sangat lama. Tapi bagi Asma, itu adalah perjalanan menuju sesuatu yang suci, yang ia bangun dengan cucuran keringat dan doa yang tak pernah putus. Semoga perjalanannya dimudahkan dan menjadi haji yang mabrur.