Sumber foto: google

Keunikan Desa Trunyan: Tradisi Pemakaman di Bawah Pohon Wangi

Tanggal: 28 Jul 2024 20:46 wib.
 

Desa Trunyan, terletak di tepi timur Danau Batur di Bali, adalah salah satu desa Bali Aga yang mempertahankan tradisi dan adat istiadat kuno yang berbeda dari kebudayaan Bali pada umumnya. Salah satu tradisi yang paling terkenal dan unik dari desa ini adalah cara pemakaman yang dilakukan di bawah pohon Taru Menyan, sebuah pohon wangi yang diyakini dapat menghilangkan bau jenazah. Tradisi pemakaman ini menarik perhatian banyak wisatawan dan peneliti karena keunikannya dan nilai budaya yang mendalam.

 Sejarah dan Asal Usul Desa Trunyan

Desa Trunyan dikenal sebagai salah satu desa tertua di Bali yang didiami oleh masyarakat Bali Aga, penduduk asli Bali yang mempertahankan budaya dan tradisi mereka sejak zaman prasejarah. Nama "Trunyan" sendiri berasal dari kata "Taru" yang berarti pohon dan "Menyan" yang berarti harum atau wangi. Pohon Taru Menyan menjadi pusat dari tradisi pemakaman unik desa ini, dan keberadaannya sangat dihormati oleh penduduk setempat.

 Tradisi Pemakaman di Trunyan

Berbeda dengan tradisi pemakaman kremasi yang umum di Bali, Desa Trunyan memiliki cara pemakaman yang sangat khas. Jenazah di Trunyan tidak dikremasi atau dikubur, melainkan diletakkan di atas tanah di bawah pohon Taru Menyan. Jenazah ditempatkan di dalam sebuah kurungan bambu yang disebut ancak saji, yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari hewan liar. Pohon Taru Menyan yang tumbuh di area pemakaman ini memiliki aroma wangi yang diyakini mampu menetralisir bau busuk dari jenazah yang membusuk.

 Proses Pemakaman

Proses pemakaman di Trunyan dimulai dengan upacara adat yang dilakukan oleh keluarga dan kerabat jenazah. Setelah itu, jenazah dibawa ke lokasi pemakaman menggunakan perahu melintasi Danau Batur. Lokasi pemakaman yang disebut Sema Wayah terletak di area terpencil yang hanya bisa diakses melalui jalur air. Setelah tiba di lokasi, jenazah diletakkan di bawah pohon Taru Menyan dalam kurungan bambu.

 Makna dan Filosofi

Tradisi pemakaman di Trunyan mencerminkan filosofi kehidupan dan kematian yang dianut oleh masyarakat Bali Aga. Mereka percaya bahwa kematian adalah bagian dari siklus kehidupan yang harus diterima dengan ikhlas. Dengan meletakkan jenazah di alam terbuka, masyarakat Trunyan menunjukkan penghormatan mereka terhadap alam dan siklus kehidupan. Pohon Taru Menyan yang diyakini mampu menghilangkan bau busuk juga melambangkan keseimbangan antara manusia dan alam.

 Perbedaan dengan Tradisi Kremasi di Bali

Tradisi pemakaman di Trunyan sangat berbeda dengan tradisi kremasi yang umum dilakukan di Bali. Di Bali, kremasi atau Ngaben adalah upacara besar yang melibatkan banyak ritual dan biaya yang cukup besar. Upacara kremasi dianggap penting untuk membantu roh orang yang meninggal mencapai alam baka dan mendapatkan reinkarnasi yang baik. Sementara itu, di Trunyan, proses pemakaman lebih sederhana dan dilakukan dengan cara yang sangat berbeda. Hal ini menunjukkan keragaman budaya dan tradisi yang ada di Bali.

 Daya Tarik Wisata

Keunikan tradisi pemakaman di Trunyan telah menarik perhatian banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Banyak wisatawan yang datang untuk melihat langsung proses pemakaman ini dan mengunjungi pohon Taru Menyan yang legendaris. Desa Trunyan telah menjadi salah satu destinasi wisata budaya yang menarik di Bali. Namun, penting bagi wisatawan untuk menghormati adat dan tradisi setempat saat mengunjungi desa ini.

 Upaya Pelestarian Budaya

Dengan semakin populernya Desa Trunyan sebagai destinasi wisata, upaya pelestarian budaya menjadi sangat penting. Pemerintah daerah dan masyarakat setempat bekerja sama untuk menjaga kelestarian tradisi pemakaman dan budaya Bali Aga. Pendidikan dan penyuluhan tentang pentingnya menghormati dan melestarikan tradisi juga diberikan kepada masyarakat dan wisatawan. Melalui upaya ini, diharapkan tradisi unik Desa Trunyan dapat terus hidup dan menjadi bagian penting dari warisan budaya Bali.

 Tantangan dan Kontroversi

Meskipun tradisi pemakaman di Trunyan memiliki nilai budaya yang tinggi, tidak luput dari berbagai tantangan dan kontroversi. Beberapa pihak mengkhawatirkan dampak pariwisata terhadap kelestarian budaya dan lingkungan setempat. Pengelolaan wisata yang kurang baik dapat mengancam keberlanjutan tradisi dan keseimbangan ekosistem di sekitar Danau Batur. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk menjaga keunikan dan keaslian Desa Trunyan.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved