Keji, Australia Tembak Mati 700 Koala Pakai Sniper
Tanggal: 27 Apr 2025 11:11 wib.
Tampang.com | Baru-baru ini, dunia dikejutkan dengan kabar tragis mengenai pembunuhan lebih dari 700 koala di Australia. Pemerintah Negara Bagian Victoria dikabarkan telah melakukan tindakan keras dengan menembak mati koala-koala tersebut menggunakan sniper dari helikopter. Tindakan ini dilakukan dalam upaya untuk “menyelamatkan” koala-koala yang dianggap berada dalam kondisi buruk setelah kebakaran hutan besar-besaran yang menghancurkan habitat mereka. Namun, keputusan ini menuai kritik keras dari berbagai kalangan, terutama aktivis hak asasi hewan yang menyebutnya sebagai tindakan kejam.
Menurut pemerintah Victoria, kebakaran hutan yang melanda negara bagian tersebut telah merusak lebih dari 2.000 hektar taman nasional, yang merupakan habitat utama koala. Dalam upaya untuk menghindari kematian lebih lanjut akibat kelaparan dan dehidrasi, koala-koala yang ditemukan dalam kondisi kritis diberi tindakan tegas. Mereka dibunuh dengan menggunakan penembak jitu yang berpatroli di kawasan Situs Warisan Dunia Budj Bim di barat daya Victoria. Pemerintah mengklaim bahwa koala-koala tersebut “diselamatkan” dengan cara ini untuk mencegah penderitaan lebih lanjut.
Namun, metode yang digunakan dalam kampanye ini langsung menuai kecaman keras dari aktivis dan organisasi perlindungan hewan. Mereka berpendapat bahwa cara ini sangat tidak manusiawi, karena penembakan dilakukan dari helikopter, yang membuat sulit untuk memastikan kondisi kesehatan koala secara akurat. Aktivis hak asasi hewan menyebut tindakan ini sebagai pembunuhan massal yang tidak dapat dibenarkan, mengingat adanya kemungkinan banyak koala yang mungkin masih bisa diselamatkan dengan cara yang lebih manusiawi, seperti perawatan medis atau pemindahan ke tempat yang lebih aman.
Sejauh ini, lebih dari 700 koala telah mati, dan jumlah ini dikhawatirkan akan terus bertambah dalam beberapa hari mendatang. Beberapa kelompok lingkungan menganggap ini sebagai langkah yang terlalu ekstrem, sementara pemerintah Victoria berpendapat bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain, mengingat tekanan besar yang dihadapi oleh koala-koala yang terdampar di lokasi-lokasi yang sudah hancur akibat kebakaran.
Perdana Menteri Victoria, Jacinta Allan, membela kebijakan ini dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah penderitaan lebih lanjut bagi koala yang terluka parah. Menurut Allan, koala-koala tersebut berada dalam tekanan yang sangat besar, dengan luka-luka serius akibat kebakaran dan tidak dapat bertahan hidup lebih lama lagi di bawah kondisi yang semakin memburuk.
Namun, banyak pihak yang menilai bahwa ini adalah keputusan yang salah. Beberapa organisasi lingkungan dan pemerhati satwa liar menekankan bahwa pendekatan yang lebih manusiawi, seperti evakuasi dan perawatan medis, seharusnya menjadi prioritas utama. Mereka juga menyarankan agar lebih banyak dana dialokasikan untuk upaya penyelamatan yang lebih efektif, daripada melakukan pembunuhan massal terhadap satwa-satwa yang sudah terancam punah ini.
Pemerintah Australia memang telah mengalami tekanan besar terkait kebakaran hutan yang menghancurkan banyak ekosistem dan merenggut nyawa ribuan hewan, termasuk koala. Namun, banyak orang yang percaya bahwa dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut, perlindungan terhadap kehidupan satwa liar seharusnya tetap menjadi prioritas. Pembunuhan massal terhadap koala-koala ini hanya menambah penderitaan mereka, dan solusi yang lebih bijaksana harus segera dicari untuk mencegah tragedi serupa di masa depan.
Krisis ini juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga dan melestarikan habitat alami untuk satwa liar. Tanpa perlindungan yang memadai terhadap lingkungan dan ekosistemnya, banyak spesies akan terus menghadapi ancaman kelaparan, dehidrasi, dan bahkan kepunahan. Ke depan, langkah-langkah yang lebih berfokus pada penyelamatan dan pemulihan habitat koala, serta spesies lainnya, harus menjadi prioritas utama, sehingga kejadian-kejadian tragis seperti ini dapat dicegah.