Sumber foto: iStock

Kapal Asing Rampok 60 Ton Emas & Tenggelam, Kini Jadi Harta Karun

Tanggal: 16 Sep 2024 07:42 wib.
Keberadaan Indonesia sebagai negara maritim tidak hanya memberikan keuntungan dalam hal sumber daya laut, tetapi juga menarik banyak kapal-kapal asing untuk kepentingan dagang. Indonesia yang memanjang sepanjang jalur garis khatulistiwa terbukti menjadi persimpangan lalu lintas perdagangan pada masa lalu. 

Bukan hanya negara-negara Eropa seperti Belanda, Inggris, dan Portugis, tetapi juga negara-negara Asia seperti China dan kekuatan ekonomi laut, yakni bangsa Arab, pernah melepas jangkar di garis pantai Indonesia. Dari lintasan perdagangan tersebut, Indonesia memiliki potensi besar sebagai tempat penyimpanan benda muatan kapal tenggelam (BMKT) atau harta karun bawah laut yang tersebar di 464 titik perairan RI.

Sebuah kapal yang terkenal sepanjang masa, bernama Flor de la Mar, menjadi salah satu bukti dari keberadaan harta karun bawah laut yang melimpah di perairan Indonesia. Kapal asing ini milik bangsa Portugis, dan tenggelam pada tahun 1511, membawa harta karun rampokan dari Malaysia dalam jumlah yang sangat besar, mencatat sejarah sebagai rampokan terbesar dalam sejarah angkatan laut bangsa tersebut. 

Legenda dunia kelautan mencatat bahwa bangkai kapal tenggelam ini bersama dengan peti yang berisi batu mulia, berton-ton emas, dan bongkahan berlian sebesar kepala manusia.

Kisah Flor de la Mar ini bermula pada tahun 1511, saat Portugis ingin menguasai rempah-rempah melalui penjelajahan samudera. Pada saat itu, Portugis telah menemukan lokasi tanaman rempah dan mengirim ekspedisi dalam skala besar, yang dipimpin oleh Alfonso de Albequerque. Alfonso memimpin armadanya dengan kapal yang dilengkapi peralatan perang, seperti senjata api dan meriam. Salah satunya, Flor de la Mar, memiliki dimensi yang besar dengan panjang 36 meter dan berat 400 ton, serta mampu mengangkut 500 pelaut dan 50 senjata. Dengan ukurannya yang besar, Flor de la Mar dijuluki sebagai kapal terbesar di Eropa pada masanya.

Seluruh armada Portugis yang dipimpin oleh Alfonso diarahkan ke Malaka, yang pada saat itu menjadi pusat perdagangan rempah-rempah. Meskipun perjalanan ini tercatat sebagai armada terbesar Portugis, bukan hanya sekedar berdagang, tapi juga bertujuan untuk menguasai wilayah. Dengan alasan inilah, Alfonso membawa pasukan militer untuk menaklukkan Kesultanan Malaka tanpa diketahui penguasa Malaysia kala itu.

Menurut catatan dari Nigel Cameron dalam bukunya "Barbarians and Mandarins" (1976), Alfonso menjalankan siasat licik dengan niat jahat. Meskipun awalnya terlihat sebagai perdagangan yang baik, Alfonso menukik dari belakang dan menyerbu Kesultanan Malaka dengan ribuan pasukan. Penaklukan ini menghancurkan kejayaan ratusan tahun Malaka dan mengendalikan operasional perdagangan resmi oleh Portugis.

Pada titik ini, Alfonso tidak hanya menguasai perdagangan, tapi juga merampok seluruh harta Kesultanan Malaka yang sangat terhormat. Seluruhnya diangkut dan dibawa oleh Flor de la Mar. Diketahui bahwa harta rampokan tersebut berupa 60 ton emas, yang menjadikannya sebagai harta rampokan terbesar dalam sejarah angkatan laut Portugis.

Pada saat menjalani proses pengangkutan harta rampokan, banyak yang menduga kapal Flor de la Mar akan kepenuhan muatan. Namun, Alfonso tetap melanjutkan pelayaran kapal tersebut, bahkan mengirim kapal-kapal kecil untuk mengawal Flor de la Mar agar tidak dirampok. Namun, pada hari kedua pelayaran, terjadi badai sangat dahsyat yang membuat Flor de la Mar kelebihan muatan dan tenggelam ke dasar laut, menelan seluruh awak kapal beserta seluruh harta berharga yang dibawa.

Akibat badai yang terjadi, Flor de la Mar dinyatakan tenggelam di Laut Aceh. Saat itu, tidak ada satupun orang yang berhasil menyelamatkan 60 ton emas tersebut. Meskipun hingga kini, lokasi pastinya masih menjadi misteri, diperkirakan bahwa emas tersebut masih tetap ada dan tahan terhadap aksi korosi meskipun telah berabad-abad terendam di laut. Meskipun demikian, hingga kini belum ada pemburu harta karun yang berhasil menemukannya.

 

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved